Antara News: China Disebut Sebagai Pengguna Batu Bara Tertinggi di Dunia
China masih menjadi pengguna batu bara tertinggi di dunia sebagai bahan bakar utama pembangkit energi di negara tersebut dibanding negara lainnya. Berdasarkan data dari Pakar kebijakan ekonomi China, Christine Susanna Tjhin kepada ANTARA di Jakarta, sebagaimana disalin dari ANTARA , pada tahun 2018 China mengkonsumsi batu bara sebesar 1.907 MTOE per tahun.
Jumlah tersebut menjadikan China sebagai urutan pertama negara di dunia sebagai pengguna batu bara. Sedangkan di posisi kedua ditempati oleh India dengan jumlah konsumsi per tahun adalah 452 MTOE per tahun.
Jumlah tersebut menjadikan China sebagai urutan pertama negara di dunia sebagai pengguna batu bara. Sedangkan di posisi kedua ditempati oleh India dengan jumlah konsumsi per tahun adalah 452 MTOE per tahun.
Menurut Christine, jumlah antara China dan India yang berada di posisi pertama dan kedua memiliki ketimpangan yang terpaut jauh. Di posisi ketiga ditempati oleh Amerika dengan total konsumsi per tahun pada 2018 sejumlah 317 MTOE.
Sedangkan Indonesia berada di peringkat sembilan dengan jumlah konsumsi 62 MTOE, berada di bawah Jerman dengan jumlah konsumsi sebanyak 66 MTOE. Berdasarkan penelitian Christine, pemakaian batu bara di China, sebagian besar justru disumbangkan dari daerah pedesaan daripada kota.
Hal itu terlihat dari emisi rumah tangga pada tahun 2015 disumbangkan dari desa dengan jumlah lebih dari 100 MTCO2, sedangkan emisi di kota hanya di kisaran angka 30 MTCO2. Sebagian besar batu bara di China, mayoritas digunakan untuk industri pembangkit listrik dengan kisaran 53,85 persen, kemudian baru industri baja dan industri kimia.
Konsumsi batu bara yang besar itulah, menurut dia, yang menjadi salah satu faktor China banyak berinvestasi pada tambang batu bara di Indonesia. Selain itu harga batu bara masih juga dinilai kompetitif, walaupun sekarang banyak tren negatif mengenai batu bara mengingat memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan.
Pengamat kebijakan China, Christine Susanna Tjhin mengatakan bahwa negeri Tirai Bambu tersebut masih mayoritas bergantung pada batubara untuk pasokan bahan bakar sumber energi. "China itu masih tergantung sama batubara, karena pembangkit listrik mereka mayoritas masih mengandalkan suplai batubara," kata Christine di Jakarta, disalin dari Antara.
Saat berdiskusi yang diadakan oleh Perkumpulan Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER), Christine membahas mengenai bagaimana negara China membangun kebijakan mengenai konsumsi batubara dan dampaknya terhadap lingkungan.
Lebih lanjut Christine mengatakan bahwa China mampu mengkombinasikan antara anggaran negara mereka yang besar dan pengembangan teknologi untuk memaksimalkan pasokan energi.
China sendiri saat ini masih menjadi penghasil energi yang besar namun juga mengkonsumsi energi yang besar pula. Menurut dia, hal tersebut merupakan dampak dari negara yang memiliki banyak populasi penduduk.
Berdasarkan data, sebesar 69 persen energi di Cina masih dihasilkan dari batubara, sedangkan konsumsi sendiri China memiliki kecenderungan tren yang meningkat terhadap batubara yaitu sekitar 59 persen.
(https://www.antaranews.com/berita/1145226/china-disebut-sebagai-pengguna-batu-bara-tertinggi-di-dunia)
Sedangkan Indonesia berada di peringkat sembilan dengan jumlah konsumsi 62 MTOE, berada di bawah Jerman dengan jumlah konsumsi sebanyak 66 MTOE. Berdasarkan penelitian Christine, pemakaian batu bara di China, sebagian besar justru disumbangkan dari daerah pedesaan daripada kota.
Hal itu terlihat dari emisi rumah tangga pada tahun 2015 disumbangkan dari desa dengan jumlah lebih dari 100 MTCO2, sedangkan emisi di kota hanya di kisaran angka 30 MTCO2. Sebagian besar batu bara di China, mayoritas digunakan untuk industri pembangkit listrik dengan kisaran 53,85 persen, kemudian baru industri baja dan industri kimia.
Konsumsi batu bara yang besar itulah, menurut dia, yang menjadi salah satu faktor China banyak berinvestasi pada tambang batu bara di Indonesia. Selain itu harga batu bara masih juga dinilai kompetitif, walaupun sekarang banyak tren negatif mengenai batu bara mengingat memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan.
Pengamat kebijakan China, Christine Susanna Tjhin mengatakan bahwa negeri Tirai Bambu tersebut masih mayoritas bergantung pada batubara untuk pasokan bahan bakar sumber energi. "China itu masih tergantung sama batubara, karena pembangkit listrik mereka mayoritas masih mengandalkan suplai batubara," kata Christine di Jakarta, disalin dari Antara.
Saat berdiskusi yang diadakan oleh Perkumpulan Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER), Christine membahas mengenai bagaimana negara China membangun kebijakan mengenai konsumsi batubara dan dampaknya terhadap lingkungan.
Lebih lanjut Christine mengatakan bahwa China mampu mengkombinasikan antara anggaran negara mereka yang besar dan pengembangan teknologi untuk memaksimalkan pasokan energi.
China sendiri saat ini masih menjadi penghasil energi yang besar namun juga mengkonsumsi energi yang besar pula. Menurut dia, hal tersebut merupakan dampak dari negara yang memiliki banyak populasi penduduk.
Berdasarkan data, sebesar 69 persen energi di Cina masih dihasilkan dari batubara, sedangkan konsumsi sendiri China memiliki kecenderungan tren yang meningkat terhadap batubara yaitu sekitar 59 persen.
(https://www.antaranews.com/berita/1145226/china-disebut-sebagai-pengguna-batu-bara-tertinggi-di-dunia)
Komentar
Posting Komentar