Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

OPINI: Kebijakan Baru Luar Negeri China

Gambar
KOMPAS , 31 Maret 2012 Di hadapan Kongres Rakyat Nasional ke-11 awal Maret lalu, Perdana Menteri Wen Jiabao menyisipkan sinyal halus mengenai perubahan gagasan kebijakan luar negeri China. Sebelum pidato itu, gagasan kebijakan luar negeri China bertumpu pada pandangan bahwa hubungan dengan negara adidaya/kekuatan utama adalah prioritas utama perumus kebijakan China. Berikutnya negara tetangga, lalu negara berkembang, kemudian organisasi internasional/regional. Dalam pidatonya PM Wen justru menempatkan negara tetangga dulu lalu negara berkembang baru kemudian negara kekuatan utama. Sinyal halus itu telah ditangkap dan sedang diperdebatkan di China. Perdebatan intelektual seputar gagasan baru itu sudah mengindikasikan bahwa ini bukan berarti negara kekuatan utama tak lagi penting bagi China, tetapi di saat bersamaan, China akan menyisihkan perhatian yang lebih besar ke kawasan sekitarnya. Ada sejumlah motivasi yang tampaknya mendorong gagasan baru ini.  Pertama, adanya k

"Salah Kaprah Soal BBM" - (Alm) Hadi Soesastro

Gambar
Tulisan almarhum Hadi Soesastro 1945-2010 hampir 7 tahun yang lalu... Semalam waktu mendengar kabar (/isu?) ada beberapa mahasiswa tertembak mati karena demo BBM, saya teringat beliau yang pernah menjelaskan keruwetan persoalan subsidi BBM dulu. Tak nyana pagi ini, rekan saya, Pasha Purnomo, memposting ulang tulisan ini di Facebook... (Trims, Pasha). Meski ditulis tahun 2005, tulisan ini masih sangat relevan, jadi semoga bisa menjadi kontribusi perdebatan yang sehat tentang masa depan Indonesia. Belum pernah saya melihat sebegitu terbelahnya pandangan sahabat-sahabat yang saya kenal... Mereka yang sana pro-subsidi, mereka yang sini contra-subsidi, mereka yang situ tidak peduli atau bingung atau pasrah(?)... Yang pro subsidi mengatakan ini demi kesejahteraan rakyat. Yang kontra subsidi juga menyentak ini demi masa depan rakyat. Yang lain mungkin merasa, "saya pun rakyat, jadi bagaimana?"  Masa yang sedih.. masa yang membingungkan... Semoga jangan sampai jatuh korban

OPINION: China-RI partnership at crossroad

Gambar
The Jakarta Post, 27 March 2012 *   President Susilo Bambang Yudhoyono’s latest visit to China occurs during a fascinating period that bears several defining characteristics. First, the power constellation at the global and particularly in the East Asian regional level has undergone significant change. The so-called “Asian Century” has taken shape, notably with the rise of China; while the world witnesses how economic crises have put weighty pressures on America. Second, as a ramification of the above situation, the intense and inextricably interconnected relations between America (as the existing superpower) and China (as a rising power) became the overarching shadow over the global as well as regional engagements. As they simultaneously cooperate and compete, the region is watching, hedging, wondering and worrying if the history of the Cold War would repeat itself. As a “middle power” that is doing relatively better than others in the region, and as an increasingly prom

Deutsche Welle: Indonesia Harus Manfaatkan Perubahan Cina

Gambar
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Jumat (23/03) memulai kunjungan ke Cina. Kunjungan itu menandai meningkatnya hubungan kedua negara. Pengamat menilai Presiden Yudhoyono datang di saat yang tepat. Peneliti masalah Cina dari CSIS, Christine Susanna Tjhin, yang kini sedang studi di Universitas Peking Cina, menilai, Presiden Yudhoyono datang di saat yang tepat ketika Cina mengubah orientasi ekonomi dan politik. Perubahan-perubahan terakhir di Cina belakangan ini, diyakini akan lebih menguntungkan Indonesia. Inilah perbincangan Andy Budiman dari Deutsche Welle (DW) dengan Christine Susanna Tjhin (CST). DW : Apa nilai penting kedatangan Presiden Yudhoyono ke Cina? CST : Kedatangan Presiden Yudhoyono kali ini menjadi menarik karena bersamaan dengan terjadinya perubahan peta kekuatan dunia. Abad yang sering disebut orang sebagai Asian Century. Perubahan ini membuat posisi Indonesia sebagai mitra Cina menjadi semakin penting. DW : Di Indonesia ada persepsi bahwa hubungan ekonomi deng

谁是埋你的那个人?Siapakah dia yang menguburmu di kehidupan yang lalu?

"谁是埋你的那个人?" ["Siapakah dia yang menguburmu?"], tanya guru saya, Huang Bin (黄宾) kepada saya suatu hari. Saya terbengong-bengong, "Maksudnya....?" Ternyata, maksudnya adalah, "Siapakah belahan jiwamu?" (Atau yang biasa dikenal sebagai soul-mate ). Kenapa mengubur? Huang Bin pun mulai berkisah tentang sebuah cerita rakyat Tiongkok yang begitu menyentuh hati. Alkisah di sebuah desa di Tiongkok yang tidak masyhur, hiduplah sepasang muda-mudi yang berbalut cinta. Meski cinta mereka utuh dan tahir, kemelaratan mencekik dan menghalangi mereka untuk bisa bersama. Sang pemuda remuk redam hatinya saat ia tahu bahwa sang pemudi dipaksa oleh orang tuanya untuk menikahi seorang tua yang kaya raya. Sang pemuda hanya bisa nelangsa dari kejauhan, dan meski demikian cinta mereka tidak pernah luruh. Tak lama, sang pemudi menemui ajal karena hati yang sakit dan lara. Ketimbang persemayaman yang layak, sang suami tua yang kikir itu membuang jasadnya

3: Bahasa Indonesia, English & 汉语

This is my first Blog. The first thing that bugged me was "whadya wanna call your blog?" - so I ponder and ponder and ponder... Cataya? Sukling? Shuling? Batara Kirana? - Not available, not available, not available.... or too long to be practical and/or remembered.... At the end of the day, I settled with "cstjhin".... even though my apprehension was that my surname is not the easiest or most popular surname in the planet. Well, I guess, I have to make it my own. Then... I wonder what language I should post it in? Bahasa Indonesia? English? 汉语? The fact that I'm writing in English now should indicate my level of comfort. Yes, I tend to write in English the easiest/quickest (though, perhaps, not the best - I'm sure you can one or two or gazillion grammatical errors in my postings now or later). I often wonder why that is... Being over-analytical that I am, I came to the conclusion that my graduate study experiences in Canberra, Australia, have shaped my