Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Deutsche Welle: Akankah Tragedi 1998 Terulang?

Gambar
Ketika WNI keturunan yang mengungsi sejak tragedi 1998 berjuang agar tidak dideportasi dari Amerika Serikat, warga etnis Tionghoa di Indonesia menghadapi sentimen anti Cina yang kian marak setelah Pilkada DKI Jakarta Ingatan adalah beban. Ketika 1998 Sylvia Agustina menyaksikan ayahnya pergi ke Amerika Serikat untuk mencari suaka dan membangun kehidupan baru buat keluarga, dia perlahan telah berpisah dari tanah airnya. Buat perempuan berdarah Tionghoa itu Indonesia tidak lagi sama setelah bulan Mai di tahun jahanam tersebut. "Mereka memerkosa dan membunuh warga keturunan," kata ibu satu anak yang kini menetap di AS. "Mereka membakar dan membom gereja. Sangat berbahaya untuk hidup di sana saat itu," imbuhnya kepada Fosters, sebuah koran lokal di Dover, New Hampshire. Kini keluarga kecil itu berjuang menghindari gelombang deportasi yang mengancam ribuan WNI. Kebanyakan yang warga keturunan Tionghoa tersebut mengikuti program Operation Indonesian Surrender untuk bisa h

Wawancara CRI: Akademisi Indonesia Sebut Perkembangan Ekonomi Tiongkok Dorong Terwujudnya Negara Adidaya

Gambar
Dalam wawancara dengan CRI, peneliti CSIS, Christine Susanna Tjhin memberikan tanggapan seputar Kongres Nasional ke-19 PKT yang dibuka di Beijing tanggal 18 Oktober. Christine mengikuti Kongres tersebut dari sejumlah media, dengan demikian ia dapat melihat berbagai aspek dan pandangan yang ada. Dalam kongres tersebut, menurutnya, titik utama yang paling menarik adalah konsistensi untuk terus menjalankan reformasi ekonomi. Terutama perkembangan inovasi dan teknologi adalah faktor penting yang mendorong pertumbuhan ekonomi Tiongkok selama ini. Titik kedua yaitu pernyataan Presiden Xi yang menyebut Tiongkok sebagai "Negara Adidaya" berkali-kali, yang mengindikasikan harapan beliau agar Tiongkok dapat menjadi Negara terdepan di jajaran dunia. Christine mengatakan bahwa dalam laporan Presiden Xi tentang janji untuk tetap membuka pintu Tiongkok merupakan konfirmasi yang ingin didengar oleh banyak negara, mengingat dewasa ini, pemimpin seperti Donald Trump justru memanfaatkan gelo

国际在线报道: 【十九大时光】印尼专家:国际社会期待中国发挥大国作用

Gambar
国际在线报道(记者 朱福宁):习近平总书记在中国共产党第十九届全国代表大会上作的报告正成为世界各国专家学者解读的对象。印尼战略与国际问题研究中心中国问题专家陈姝伶(Christine Susanna Tjhin)在接受记者采访时表示,十九大报告说中国对外开放的大门只会越开越大,这正是国际社会所期待的。 陈姝伶认为,当前,世界出现了逆全球化和民粹主义思潮,所以国际社会更加期待中国发挥大国作用,推动国际合作,推动贸易和投资自由化和便利化,并与发展中国家共享经济发展的红利。 陈姝伶说,她注意到十九大报告中说中国将积极促进“一带一路”国际合作。她认为,“一带一路”倡议和印尼的“全球海洋支点”战略构想高度契合,两国也在互联互通建设方面达成了多项共识。两国发展战略对接将对两国乃至本地区的繁荣发展产生积极的影响。陈姝伶还认为,两国应该进一步将高层对话制度化,加深两国各阶层的交流,推动两国政府官员、知识界和普通民众之间的了解。 陈姝伶表示,中国过去五年在反腐败和精准扶贫方面的成绩是“现象级”的。在这五年中,有超过6000万中国人脱贫,印尼民众对此非常关注。由于腐败和贫困同样是印尼社会发展面临的挑战,所以印尼民众也希望政府向中国学习,以同样的力度反腐倡廉和扶贫攻坚。 ( http://news.iqilu.com/china/gedi/2017/1023/3721036.shtml )

South China Morning Post: Chinese Indonesians with long memories & escape plans in case racial violence flares again

Gambar
With Chinese former Jakarta governor in jail for insulting Islam, and less than 20 years after Asian economic crisis sparked deadly anti-Chinese riots, some families are taking no chances, with escape routes from country at the ready  Former Jakarta governor Basuki “Ahok” Purnama celebrated the 20th anniversary of his marriage to Veronica Tan last month. He did so from behind bars, sending her a bouquet of flowers and a letter that read: “I think I love you more now than twenty years ago.” Once a leader who enjoyed comfortable approval ratings, the ethnic Chinese, Christian politician was jailed in May after being found guilty of insulting Islam. His wife said at the time that “it isn’t easy for me either, but I’ve learned to forgive and accept all of this if it is for the benefit of the nation and the country”. Purnama was sentenced to two years’ imprisonment just days before the 19th anniversary of an event widely referred to as Tragedi Mei ’98. Between May 13 and 15 in 1998, riot