Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

Pilpres bukan Hak tapi Kewajiban

Gambar
Sharing tulisan Ezki Suyanto , jurnalis (komisioner Komisi Penyiaran Indonesia). Salah satu perempuan hebat yg menginspirasi saya. Begitu membaca, saya putuskan tulisan yang menyentuh ini mesti disebarluaskan, makanya saya copas di sini. Mohon bantu sebarluaskan juga. #MelawanLupa Pilpres Bukan Hak Tapi Kewajiban Sudah dua malam saya membuat coret2 apa yang ingin saya tuangkan menjadi sebuah note. Hiruk pikuk Pilpres membuat kita bertambah teman tapi juga kehilangan teman, buat saya tidak ada yang istimewa dengan fenomena ini. Dalam kehidupan sehari2 tanpa heboh2 Pilpres saya bisa mendapatkan atau kehilangan teman. Cuma,yang agak sedikit mengganggu cara beberapa orang yang memfitnah dan mengadu domba yang bicara atas nama demokrasi dan memanipulasi fakta. Saya ingin meluruskan fakta dan bila sesudah ini masih kehilangan teman,tak ada yang istimewa juga tapi fitnah dan adu domba harus diluruskan,itu menurut ajaran agama yang saya anut. Fakta,saya memutuskan memilih Jokowi setelah S

Awaiting Justice: Victims of the May 1998 Tragedy (Tempo Magazine, April 29, 2014)

Gambar
#MelawanLupa. A touching piece by Dewi Anggraeni in Tempo Magazine. I'm looking forward to reading her book, "Tragedi Mei 98 dan Lahirnya Komnas Perempuan". This is for those who still thinks that the rape of Chinese Indonesian women in May 1998 are simply myths or political maneuvers. This is for those who callously and constantly try to make this tragic moment irrelevant from our history and wholeheartedly support that man with blood in his hands to be Indonesia's president. We must not allow that act of Forgetting. We must not forget. ===== Awaiting Justice: Victims of the May 1998 Tragedy Mothers, who lost children during May 1998 riot, take part in weekly 'Kamisan' silent protest  outside the Presidential Palace. Dewi Anggraeni* Column - Tempo Magazine Tuesday, April 29, 2014 Why write a book about something that happened 15 years ago?" friends asked when I began research about the May 1998 tragedy which gave birth to Indonesia's National Commis