15 Tahun Menunda, Tapi Tidak Lupa (Mei 1998)
15 tahun yang lalu hari ini, sebuah tragedi melumpuhkan nalar dan hati kita di Jakarta. Hari-hari yang paling menakutkan dalam sejarah hidup saya sebagai seorang perempuan Tionghoa di Indonesia, di mana naluri saya terasa terjambak untuk kemudian bertanya secara kritis apa makna menjadi seorang "Indonesia".
Sejujurnya, saya bukan seorang perempuan yang mudah takut. Sebagai seorang siswi di sebuah SMP Katolik di daerah Pecinan, saya sudah terbiasa "tawuran" dan berkelahi dengan lawan jenis yang secara fisik lebih besar dari saya. Tapi 15 tahun lalu, saya mengenal rasa takut yang begitu melumpuhkan.
Sejujurnya, saya bukan seorang perempuan yang mudah takut. Sebagai seorang siswi di sebuah SMP Katolik di daerah Pecinan, saya sudah terbiasa "tawuran" dan berkelahi dengan lawan jenis yang secara fisik lebih besar dari saya. Tapi 15 tahun lalu, saya mengenal rasa takut yang begitu melumpuhkan.
15 tahun sudah lewat, 15 tahun saya menunda-nunda menulis tentang kejadian saat itu dan tentang timbunan amarah, kesedihan, rasa syukur dan harapan sepanjang 15 tahun ini yang menjadikan saya seperti apa adanya sekarang - dari perempuan Katolik kelas menengah Tionghoa yg memilih menjadi peneliti di thinktank dengan sejarah kontroversial demi Indonesia yg lebih baik.
Paling tidak 6 tahun sudah lewat di mana saya sedang berjuang menyelesaikan studi di Tiongkok, sebuah negara di mana kerusuhan Mei 98 merupakan "label populer" bagi Indonesia - Indonesia yang "bengis", Indonesia yang "kejam", Indonesia yang "kotor dan menjijikan", Indonesia yang "anti-Cina". Sepanjang 6 tahun tersebut, hampir setiap kali orang Tiongkok mengetahui saya adalah Tionghoa Indonesia, mereka selalu merasa "kasihan" pada saya karena saya (Tionghoa) selalu diperlakukan seperti kotoran di negara saya sendiri.
Saya selalu mencari cara untuk mengikis stigma "Mei 98" itu dalam rangka memperkuat Kemitraan Strategis antara Indonesia dan Tiongkok. Bukan hal yang mudah dilakukan. Berkali-kali saya katakan kepada mereka, "Indonesia sekarang sudah berbeda dengan Indonesia di Mei 98. Situasi Tionghoa sudah berubah, kalian jangan lagi benci atau takut pada Indonesia." Dari jawaban mereka, "O ya? Benarkah? Aman sekarang?" dll dll, entah mereka benar percaya ucapan saya atau tidak.
Mungkin mereka lebih percaya omongan saya sebagai seorang keturunan Tionghoa daripada koran yang mereka baca, atau ucapan pejabat pemerintah Indonesia yang mereka temui, atau justru masih tidak terlalu percaya.
Saya selalu mencari cara untuk mengikis stigma "Mei 98" itu dalam rangka memperkuat Kemitraan Strategis antara Indonesia dan Tiongkok. Bukan hal yang mudah dilakukan. Berkali-kali saya katakan kepada mereka, "Indonesia sekarang sudah berbeda dengan Indonesia di Mei 98. Situasi Tionghoa sudah berubah, kalian jangan lagi benci atau takut pada Indonesia." Dari jawaban mereka, "O ya? Benarkah? Aman sekarang?" dll dll, entah mereka benar percaya ucapan saya atau tidak.
Mungkin mereka lebih percaya omongan saya sebagai seorang keturunan Tionghoa daripada koran yang mereka baca, atau ucapan pejabat pemerintah Indonesia yang mereka temui, atau justru masih tidak terlalu percaya.
Dengan penyesalan yang sebesar-besarnya, untuk sekarang ini, saya masih belum bisa menulis tentang apa yang terjadi 15 tahun lalu di rumah saya. Jangan tanya kenapa. Tapi yang jelas, saya dan keluarga masih terhitung "beruntung" dibandingkan keluarga-keluarga yang lain saat itu. Saya ingin menulis tentang itu, menulis sesuatu yang berarti, tapi belum bisa rasanya.
Saya pernah membuat sebuah tulisan singkat saat awal membuat blog ini, yang hanya menyebut secara sepintas tentang kejadian saat itu. Tapi blog itu hanya berupa nostalgia, tanpa agenda, tanpa misi... Hanya sejumput paragraf pembuka untuk menjadi seorang blogger yang sedang bermimpi. Tidak cukup berarti rasanya.
Saat ini, saya hanya bisa meng-copy-paste status Mbak Dewi yang mengajak kita semua untuk TIDAK LUPA, tidak lupa pada perempuan Tionghoa yang menjadi korban perkosaan, pada komunitas Tionghoa, pada korban kerusuhan terlepas dari latar belakang etnis atau agama atau lainnya, pada para pelaku kejahatan, terutama para anjing-anjing politik elit yang saat ini merasa di atas angin dan merasa dirinya berpeluang menjadi pimpinan tertinggi Negara Kesatuan Republik Indonesia terlepas dari peran mereka dalam kejadian 15 tahun yang lalu.
Catatan rekaman peristiwa 15 tahun yang lalu ini ditulis oleh seorang sahabat perempuan yang berjiwa besar dan berhati bersih, Dewi Tjakrawinata. Saya mendapat kehormatan dan kesukacitaan mengenal perempuan hebat ini dari pengalaman membantu advokasi RUU kewarganegaraan beberapa saat sebelum kemudian menjadi UU di tahun 2006.
Tindakan Mbak Dewi untuk memberikan tiketnya kepada seorang perempuan Tionghoa dan ibunya yang ketakutan mengingatkan saya pada seorang ibu tua yang menjadikan dirinya tameng bagi keluarga saya saat rumah kami diserang.
Mereka bukan Tionghoa, tapi mereka perempuan.
Sesama perempuan yang tergerak hatinya untuk memberikan perlindungan kepada kaumnya.
Kehadiran perempuan-perempuan macam Mbak Dewi, ibu tua yang saya tidak pernah tahu namanya, dan perempuan-perempuan lain yang berjuang untuk tidak lupa dan memberikan penghiburan dan juga keadilan bagi para korban itulah bagian dari esensi kebajikan Indonesia sejati yang mengawal keyakinan saya kalau Indonesia akan menjadi lebih baik, suatu saat nanti.
Mereka bukan Tionghoa, tapi mereka perempuan.
Sesama perempuan yang tergerak hatinya untuk memberikan perlindungan kepada kaumnya.
Kehadiran perempuan-perempuan macam Mbak Dewi, ibu tua yang saya tidak pernah tahu namanya, dan perempuan-perempuan lain yang berjuang untuk tidak lupa dan memberikan penghiburan dan juga keadilan bagi para korban itulah bagian dari esensi kebajikan Indonesia sejati yang mengawal keyakinan saya kalau Indonesia akan menjadi lebih baik, suatu saat nanti.
Maaf jika masih harus menunda menulis pengalaman 15 tahun lalu, tapi saya tidak lupa, dan saya berterima kasih pada Mbak Dewi yang sudah mengingatkan saya.
Berikut uraian status Facebook beliau:
"15 tahun lalu di sebuah hotel di Singapura, aku terduduk memandang dengan tidak percaya siaran televisi Indonesia: amuk massa, chaos. Itu Negara ku, itu kotaku, itu bangsaku, bedil itu.... . Aku menyuruh Kevin yang saat itu berumur 5 tahun untuk pergi ke tempat temannya yang menginap di hotel yang sama. Aku tidak mau ia punya kenangan buruk tentang negara ibunya. Morgan dalam kandungan ku. Kami dipaksa mengungsi dari Jakarta karena perusahaan di mana Pol bekerja saat itu tidak berani ambil resiko dan tidak bisa menjamin keselamatan keluarga expatriate yang ada di Indonesia. Sampai saat ini aku masih ingat situasi ketika kami berangkat beberapa hari sebelumnya. Sebelumnya kami semua di tempatkan di sebuah hotel yang dijaga sangat ketat dengan tank dan tentara yang siap tembak dengan senjata laras panjang. Pada hari keberangkatan kami di bawa dengan 3-4 bus besar yang dikawal panser. Sepanjang jalan Semanggi menuju bandara kami melihat asap dan api di mana2; ruko-ruko yang dijarah kemudian dibakar tapi juga sepi yang menghujam: ini kota kelahiranku? Ponsel tidak berfungsi, sebelum berangkat aku hanya sempat bicara dengan ibuku untuk saling menguatkan dan mendoakan. Di bus kami itu hanya aku dan sopir yang orang Indonesia. Sesak dada dan kehabisan kata untuk menjawab pertanyaan keluarga lain. Aku juga tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Adakah teman yang tahu saat itu juga apa yang terjadi ? Di bandara ke chaos an menjadi luar biasa. Ini bukan bandara tapi tempat pengungsian ratusan ribu orang sepertinya tumplek di sana. Tidak ada yang percaya setiap kali aku ceritakan kemudian, bahwa pegawai penerima uang fiscal sampai terjepit di antara tumpukan rupiah yang menggunung. Pada saat terakhir GM perusahaan di mana Pol bekerja memintanya untuk tinggal dan meneruskan membantu proses pengungsian, karena ia satu2nya expat yang lancar berbahasa Indonesia. Aku sempat menawarkan tiketku dan Kevin ke seorang perempuan muda keturunan Tionghoa dan ibunya yang menangis terus hampir histeris. Saking chaosnya bahkan tiket kami pun tidak ada namanya. Kami sudah meneyerahkan tiket kami ketika tiba-tiba si perempuan tersadar dan hampir terjatuh, mengatakan : terima kasih mba, tapi kami tidak bisa berangkat ibu saya tidak punya paspor. Si ibu menggelosor dan menyuruh anaknya saja yang berangkat sambil melolong. Saya bahkan tidak sempat menanyakan apa-apa lagi karena panitia pengungsian kemudian mendorong saya untuk masuk ke ruang tunggu. Lama sesudahnya dan sampai sekarang setiap kali tragedi Mei diangkat saya ingat wajah perempuan muda itu dan ibunya. Di manakah mereka ? #menolak lupa dengan apa yang terjadi dengan perempuan keturunan Tionghoa"
Jangan lupa akan Mei 1998, jangan lupa akan semua tindak pelanggaran hak asasi manusia yang pernah terjadi dalam sejarah tanah air kita.
Jangan lupa.
#MelawanLupa
#MelawanLupa
Hari itu, 2 gadis keponakan saya yang dalam perjalanan pulang di Jl. Panjang arah Jl.Daan Mogot, nyaris menjadi korban amok massa. Minivan yang mereka tumpangi sudah sempat diguncang-guncang, mereka dilingkupi kengerian yang luar biasa. Beruntung, ketika tiba pada perlintasan KA mereka mendapat peluang untuk berbalik arah menghindar dari massa yang seolah sudah kerasukan iblis.
BalasHapusKini, mereka bermukim dinegara Paman Sam.
I was not in Jakarta at the time, but somehow, believe me, I will never forget Mei 1998.
BalasHapusI was not in Jakarta. I was one of what they say angkatan/generasi 98. Di surabaya keadaan nggak semencekam di jkt. But still I feel the fear, uneasy, and pray the chaos will not spread here. Minggu2 rasa nggak tenang, perumahan2 yg tadinya nggak perlu portal jd ditutup sana sini. Nggak bisa dilupakan.
BalasHapusI will never forget the 98 tragedy. I will not forget how I lost my best friend that flew Indonesia and never been heard since then. I will not forget how those bastards rape Chinese women and other women. I will do anything to stop those bastards to be the president and ministers. We will not forget. Ever. #menolaklupa
BalasHapuswell um.. gue tinggal di Balaraja pas kerusuhan Mei ini terjadi.. pas itu gue masih kecil banget, otw 9 tahun..
BalasHapusgue inget banget pas itu bokap gue mau buka toko tapi dilarang ama Pak Haji yg punya kontrakkan. Udah gitu tetangga2 juga nyuruh kita jangan keluar.. it was scary walau gue nggak gitu ngerti karena masih kecil.
Yg gue inget, salah satu mini market dijarah habis2an sama massa..
belakangan gue buka2 artikel, banyak etnis tionghoa yg diperkosa, dibakar dan dibunuh. insane.
saya melihat,mengalami dan menjalani mei 98...peristiwa sistematis oleh orang2 yang dikomando secara terintegrasi,kejadian meledak hampir secara bersamaan di beberapa kota besar...sekelompok pria berbadan tegap berbaju hitam yg didrop oleh truk2 hijau yg memulai aksi bumi hangus beberapa gedung/mall beserta ratusan manusia didalamnya,mereka jg yg memompa kebencian dan naluri biadab dari massa yg semula hanya bengong dan akhirnya jadi ikut2an...mau tau dalangnya? mudah saja...bagi yg pada saat kejadian ada dan bertarung di jalanan seperti saya tentu tau tidak ada korps baret hijau/merah(AD) yg turun tangan pada saat kejadian yg turun dari institusi TNI hanyalah korps baret ungu/Marinir...jadi siapa yg memerintahkan pasukan tetap di barak selama kejadian??? guest who...
BalasHapusSiapa tahu yg memerintahkan sekelompok massa berbadan tegap itu yg diturunkan dari truk2x hijau...???
HapusPemimpin Partai dan Capres berlambang burung yang menjadi TOP 5 pemilu legislatif 2014 kah??? #HatiHatiMemilih
HapusThank you for Christine Susanna Tjhin. Ini postingan yang sanagt kritis, kita memang harus melawan lupa. Saya perempuan, beragama katolik dan seorang etnis tionghoa lagi.. Walaupun saya tinggal jauh dari Ibukota negara Indonesia, sikap diskriminasi terhadap etnis tionghoa (Anti-china) sangat saya rasakan, dikala orang tua saya saya sudah lahir dan besar di Indonesia tetap dianggap warga negara asing sampai pada saatnya mereka harus mengganti warga negara, begitu juga dalam segala hal pemerintahan pada kami dipersulit. Di balik kisah duka itu, ada suatu pelajaran bagi kita kaum minoritas yaitu redakan segala dendam. Yang bisa kita lakukan adalah berbuat yang lebih baik bagi hidup kita, pada saat itu etnis tionghoa didesak dan menderita habis-habisan, jangan sampai itu terjadi pada generasi selanjutnya. Bagi teman - teman yang membaca comment saya, via post ini saya dengan rendah hati mengajak teman-teman memberi dedikasi kepada anak - anak (generasi muda) agar mereka dapat menerima dan menghargai perbedaan. Semoga bermanfaat..
Hapusprabowi yg langsung melarikan diri ke luar negeri setelah memporak- porandakan Indonesia & mengorbankan orang2 Tionghoa tapi tetap gagal mengambil alih kekuasaan dr tangan mertuanya, $oeharto. Jelala tanpa malu balik ke Indo terjun ke dunia politik & mencalonkan diri jd presiden. Oknum2 bodoh penjilat, pengambil kesempatan tanpa keperdulian akan kejahatan & kebiadaban yg telah dilakukan si prabowi mendukung terus dengan harapan nantinya setelah si prabowi jadi presiden agar nenek mereka, ibu mereka, tante mereka, istri mereka, putri mereka & cucu perempuan mereka juga bisa menikmati perkosaan masal oleh orang2 kaposus & preman2 latihannya dgn ditonton live oleh si prabowi (krn prabowi sendiri sdh tidak mampu lagi sejak lama).
Hapussaya seorang indonesia kebetulan sekali muslim dan betawi, kami sekeluarga sempat menolong tetangga kami yang tionghoa, di tanjungpriok, setelah melihat massa merangsek meyerbu tetangga-tetangga kami yang tionghoa, alhamdulillah kami hanya bisa menyelematkan mereka sekeluarga utk mengungsi di musholah kami dan kami menjadi sekeluarga menjadi pagar manusia untuk melindungi mereka. Sayangnya kami tdk snggup menolong yg lain krn massa yg begitu banyak ..... Kita memang tidak boleh lupa dengan kasus Mei 1998!!!!
BalasHapusTerima kasih banyak ...YME selalu menyertai bapak dan keluarga bapak
HapusTerima kasih banyak atas pertolongan Bapak dan keluarga. Semoga Tuhan memberi pahala yang setimpal. Kakek saya sekeluarga juga tinggal di Tj Priok dan mereka alhamdulilah dilindungi oleh tetangga2 pribumi mereka.
Hapustrimakasih pak...
HapusSemoga masih banyak orang2 indonesia yang bermental penolong seperti Bapak sekeluarga! GOD BLESS!!
Hapusinilah yang patut dicontoh.. masih ada saudara kami yang masih mau membantu... masih ada yang di tj priok (yang dikatakan daerah yang tidak aman) tp justru mereka (masih ada.. saya tidak bs bilang semuanya) yang mempunyai naluri... semoga Tuhan menciptakan lagi manusia seperti kalian yang cinta akan sesama... tanpa pandang bulu.. agama.. ras.... Kami juga org indonesia.. yang selalu membela indonesia...
HapusThanks atas apa yg telah bapak lakukan, sangat patriot, moga bapak dan keluarga selalu dalam rahmat YME
HapusTerima Kasih. Semoga Tuhan sendiri yg membalas semua kebaikan hati bapak.
HapusMoral of the Story! Jangan biarkan Indonesia yang membaik ini HANCUR dengan calon Presiden yang jelas2 DALANGNYA peristiwa Mei 98. 4 Indonesia yang lebih baik, ikuti pilihan populer yang sudah terbukti selama 1,5 tahun belakangan ini membuat jakarta lebih baik dan membuat proyek MRT menjadi NYATA. #menolaklupa#pilihyangterbaikuntukmasadepanbangsa
Hapuspercuma kalo jadi presiden boneka..negara sendiri juga tambah hancur ketika megawati menjabat
HapusTerima kasih pak! Aku mengucapkan terimakasih kepada para muslim yg tidak ikut2xtan rusuh.
HapusTerimakasih upah bapak dan keluarga besar disurga.
HapusSaya jadi saksi betapa kejahatan yg sangat teroganisir yg terjadi saat itu. Saya tinggal di tj. Priok dan betapa manusia berubah menjadi seperti binatang pada saat itu. Banyak cerita yg bisa saya sampaikan, yg pasti kita tidak boleh lupa akan tragedi ini !!!
BalasHapusya, saat itu yang ada hanya manusia, tetapi tanpa kemanusiaan.
Hapusmanusia tanpa kemanusiaan = walking dead
HapusI was not in Jakarta at that time, still fresh in my mind when mom rang early morning, and told me to never coming back to Indonesia no matter what, and to be able to survive by myself if things are getting worse in Jakarta, and found out also that she was escaping by herself in the middle of the night to a safer place. Then on my way to uni, i found out in the city of Perth, hundreds of Chinese Indonesian escaping with their luggage on the streets....i will never forget on how they look....i can feel how they felt instantly.....we, never choose to be Chinese Indonesian, we were born that way....
BalasHapusso sorry to hear that *hug*. really, i am crying when read this. ya, memang masih bnyak indonesian people yg pikirannya cupet dan mudah dipecah belah. but trust me, we can change it. #menolak lupa
Hapuskalau saya ngga loh...saya seorang yang terbuka...
Hapustragedi mei 98 adalah buah dari kemuakan rakyat indonesia terhadap rezim soeharto yang sangat licik dalam berpolitik... setelah berupaya menjaga kekuasaan dengan berbagai cara dan menghalalkan segala cara, rezim soeharto dengan orbanyapun hancur oleh tragedi mei 98 tersebut... sangat disayangkan karena gerakan massa yang ingin menghancurkan rezim orba, awalnya dipelopori mahasiswa, kemudian berkembang menjadi chaos dan sangat absurd... gelombang serbuan massa dari gang2 sempit diseantero kota yang awalnya mungkin untuk membantu gerakan mahasiswa menumbangkan rezim orba, lantas berubah menjadi kerusuhan besar2an... saudara2 kita dari etnis tinghoapun jadi sasaran entah kenapa... perlu dicermati apakah kerusuhan sebesar ini direncanakan? atau sebuah perubahan dari gerakan mahasiswa menjadi kebringasan massa? yang pasti semua akan tetap bermuara kepada sebab utama, kenapa rakyat marah?? karena mereka geram dan sudah bosan dengan rezim yang sudah 32 tahun berkuasa tapi toh ujung2nya hanya kehancuran ekonomi, buat apa berkuasa lama2 kalo ujungnya jeblok juga... belum lagi tradisi dan budaya korupsi yang dibiarkan berkembang oleh soeharto, dan membiarkan ekonomi dikuasai kroni2 cendana yang kongkalingkong dengan pengusaha... itulah kemuakan rakyat yang ketika mencari obyek untuk dihancurkan kemudian hanya bisa dengan melakukan penjarahan dan tindakan brutal terhadap etnis tionghoa... padahal penyebab utamanya hanyalah seorang soeharto yang dibantu kroni2 orbanya... jangan terkecoh dengan upaya politisasi dari kasus tersebut
BalasHapusSewkt kejadian ini terjadi, saya sudah tdk tinggal di Indonesia lagi tetapi walaupun begitu jauh jaraknya, begitu mendengar musibah ini dari mama saya, terasa perasaan sedih dan nyeri utk etnis Tionghoa yg menjadi korban. Kejadian pembakaran toko2 begini juga pernah terjadi sewkt masa sekolah saya di Bandung puluhan tahun yg lalu, tp tdk sesadis kejadian Mei 1998. Saya tdk mengira kejadian yg lebih sadis akan terjadi lagi di Indonesia apalagi adanya kemajuan teknologi dan budaya, saya kira org2 Indonesia sudah lebih bisa berpikiran cerdas dan menjunjung tinggi hak2 asasi manusia. Kesan dari musibah ini yaitu kesannya sampai kini org2 tdk tahu betul2 apa yg sebenarnya terjadi dan siapa biang keladinya. Sangat disayangkan, krn berarti tdk seorangpun yg terhukum, pdhal seharusnya hukuman yg layak mrk dpti yaitu hukuman mati. Saya tdk mengerti mengapa mahasiswa2 yg protes atas rezim orba itu tdk protes saja ke gedung2 pemerintah Indonesia? Kenapa akhirnya yg jd korban itu etnis2 Tionghoa di Indonesia, apa hubungannya? Bukannya aksi ini yg sdh direncanakan oleh pemerintah wkt itu dgn sengaja? Apa mahasiswa2 itu hatinya terlalu kecut utk protes ke hadapan pemerintah Indonesia krn takut ditangkap dan dibunuh, akhirnya memilih sasaran yg selalu mudah di jdkan sasaran yaitu org2 Tionghoa Indonesia, apa salah mereka selama ini dimana mrk harus menerima aksi biadab ini? Yg saya cermati selama ini itu ya, kalau rakyat Indonesia tdk puas dgn pemerintah mereka, mrk selalu cari kerusuhan dan pd akhirnya entah bagaimana mulanya, selalu berakhir dgn penganiayaan org2 Tionghoa Indonesia, pengrusakan pemilikan org2 Tionghoa Indonesia. Saya pikir suka atau tidak, org2 Tionghoa Indonesia sudah menjadi bagian dari rakyat Indonesia, sepantasnyalah negara Indonesia menerima, menghormati dan memberi hak hukum yg sama kepd mereka. Orang2 yg tinggal di Amerika terdiri dari puluhan suku bangsa dr puluhan negara, tp kita semua disini bisa hidup rukun dan saling menghormati satu sama lain dan kita bisa hidup dgn aman krn kita tahu hukum ada selalu dipihak semua orang, tdk terkecuali siapapun, kita semua mendpt dukungan dari hukum. Semoga pemerintah Indonesia yg kedepan bisa mencontoh dr negara2 yg menjunjung hak2 asasi manusia yg tinggi, krn dgn persatuan, satu negara bisa menjadi negara yg lebih kuat dan makmur. Sudah saatnya pemerintah Indonesia dan rakyatnya menerima dan mengakui bhw org2 Tionghoa Indonesia memiliki andil besar dlm memberikan sumbangannya dlm bidang perekonomian utk mencapai negara Indonesia yg lebih baik dgn menciptakan jutaan lapangan2 kerja bagi rakyat Indonsia.
HapusJanganlah bung masih mengatakan bahwa apa yang terjadi itu masih perlu diselidiki apakah kejadian tersebut terencana atau tidak. ingatlah. 1) Tidak mungkin massa datang kalau dari awal tidak ada iming2x. 2) Tidak mungkin massa beringas apabila tidak ada provokator. 3) Ingat, kita adalah rakyat INDONESIA yang selalu takut untuk bergerak terlebih dahulu, sebagai bukti, butuh lebih dari 32 tahun untuk kita lepas dari Orde Baru. Jadi, sangat lah tidak mungkin yang menjadi provokator adalah rakyat biasa kecuali rakyat itu memang sudah dilatih untuk menjadi provokator (yang biasanya dilatih oleh BIN atau militer). 4) Sudah banyak yang mengupas masalah ini dan semuanya ber-konklusi bahwa kejadian ini adalah terencana. Kok malah bung bilang bahwa itu semua harus diselidiki lebih lanjut?
HapusKalo menurut saya, kerusuhan Mei 98 adalah tindakan 'pembalasan' oleh rezim Orde Baru dan TNI AD terhadap gerakan mahasiswa saat itu. Selain itu, juga untuk merusak citra gerakan mahasiswa saat itu, seolah-olah, gerakan mahasiswa adalah sebuah gerakan yg anarkis.
HapusYg melakukan perusakan, pembakaran,pembunuhan, dan pemerkosaan itu bukan mahasiswa.
Bahasa politiknya kira kira begini, "Lu mau protes gua??? Liat nih akibatnya!!!"
Soeharto adalah penyebab secara tidak langsung kerusuhan mei 1998. Chinese Indonesian selalu yang menjadi bulan bulanan, kesialan dari setiap kerusuhan penggantian pemimpin. #menolaklupa harusnya mengingatkan golongan minoritas akan kemungkinan terjadinya kembali tabir gelap masa lalu: Chinese yg dibunuh dan diusir dari Indonesia ketika G30S PKI, perkosaan dan pembunuhan sewaktu kerusuhan Mei 1998: mengingat masih berkuasanya elit politik zaman Soeharto dan di saat ini 2014, madih memegang suara terbanyak (walau terpecah pecah dalam beberapa partai, tetapi semuanya adalah elit politik zaman Soeharto). Jangan pernah lupa sejarah hitam Indonesia terjadi di tangan mereka ketika berkuasa. Darah yang telah tertumpah, janganlah sia sia, kita yg berhasil keluar dari lembaran hitam harus MENOLAK LUPA! Jangan biarkan oknum yg harusnya bertanggung jawab, memimpin kembali. Semoga!
HapusBe Smart. Kalau tidak mau negara Hancur, jangan memilih DALANG peristiwa Mei 98 sebagai capres Indonesia #menolaklupa#hatihatimemilih
Hapusdulu saya masih kecil masih umur 9 tahun gak bsa apa apalah sayacuma bisa lihat di televisi saja gak ngerti apa2, emang kl di critain ma nyokap gua kesel juga se,yah tapi mau gimana lagi uda lewat ya sudalah skrg cuma bisa merenungkan saja, tapi dengan berjalannya waktu semenjak belajar di bangku sekolah sampe kulia dengan pengalaman di bidang elektro,kimia,kedokteran dan teknologi lainnya yah hati - hati aja lah yah," gua sekarang bukan gue yang dulu yg masih kecil dan gak bisa apa2" dan skrg uda byk org pinter juga jadi hati - hati lah ya,apapun gua bisa lakuin, mendingan kita cari damai aja lah ya jangan ada perbedaan lagi mari kita bersatu untuk membagun negara ini dengan penuh kemakmuran dan kebahagiaan untuk selamanya karna "damai itu indah" hehe thanks :)
BalasHapusSama.. I was 9 at the time. Sereeem.. I was in Semarang and the situation perhaps was not the same. I remember how my father asked me for not attending the school.
HapusSaya masih inget 15 thn yg lalu. Saya masih di kelas 3 SMP waktu itu. Karena saya berlokasi di Pontianak, keadaaan tentunya sangat berbeda dari Jkt. Banyak sekali kendaraan2 berplat B ato D (Jkt & Bandung) berdatangan tiba2. Di kelas saya, ada dua siswi baru dari Jkt. Saya berteman baik dengan salah satu dari mereka sampai sekarang.
BalasHapusSaya ngerti gimana rasanya jadi minoritas. Saya ngerti gimana rasanya dikucilkan. Saya juga ngerti gimana rasanya ditolak karena perbedaaan2 fisik ato sosial ekonomi. Saya mengalami semuanya itu. Sekalipun saya mengalami perlakuan2 diskriminasi oleh classmates SMP yang mayoritas warga keturunan Tionghoa, saya tidak bisa membenarkan kejadian Mei 98. Menurut saya semua manusia itu sama. We all bleed red. Mei 98 merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang sangat besar. Yang seharusnya tidak terjadi dan tidak boleh terulang kembali. Kalo boleh dibilang, kejadian tersebut sudah mencoreng-moreng citra bangsa Indonesia. Sangat berlawanan dengan semangat Bhineka Tunggal Ika.
Semua ada balasannya,
BalasHapustidak lupa=intropeksi
jangan
tidak lupa=dendam damai
wkt itu sy sdg kerja di daerah ancol... wkt itu bos nya msh nekad agar karyawan tetap kerja krn gak mau rugi.. sdg kan bos nya sdh kabur dulu an keluar negeri... jd wkt itu hr kms karyawan pd nekad pulang jam 11.. wkt pulang sy lihat banyak warga pd menjarah di sktr itc... wkt itu ke mana2x sy pakai jaket kampus sy.. trisakti...sy melihat bgm rakyat menjarah di psr br..pecenongan .. karang anyar dsktr nya.. ada tentara sktr 50-100 org memblokir jlnan ttp membiarkan penjarahan terjd...wkt sy antar pacar sy ke statiun manggarai u evakuasi ke jatim..sy sempat ngobrol dg seorg notaris bernama vonny.. ia sangat ketakutan krn ia melihat sendiri di daanmogoot di mana sepasang kekasih di bunuh massa... yg cowo nya di penggal sdgkan yg cwe nya di perkosa massal di jln raya... selama sy hidup di jkt gak pernah melihat jkt spt kota mati.. mskpn dulu ada kerusuhan tanjung priok dll tp x ini suasana jkt begitu mencekam... bangkai mbl yg tlh terbakar di biarkan se panjang jln grogol , psr br dsktr ... suatu pengalamanan yg tdk terlupakan...
BalasHapussaya juga tidak akan lupa.biar saya bukan org jakarta yg menyaksikan scr langsung peristiwa mei '98.tp saya tau rasanya mjd mereka yg diperkosa,disiksa dan dbunuh scr keji.biar mahasiswa sy blg saya RASIS bila saya ceritakan soal sejarah kelam ini.
BalasHapusSaya juga ingin cerita, saya saat itu masih berusia 4 tahun, ketika kerusuhan Ayah saya keluar rumah dan membawa saya keluar, saya melihat banyak org jahat2, mereka saling serang, menyerbu toko2, rumah2, saat itu tak tahu ayah saya kemana, tiba2 ada mobil dan menarik saya masuk ternyata keluarga saya, ayah saya tak tahu lari bahkan sembunyi kmn, intinya saya terpisah dengan ayah saya, singkt cerita ternyata ayah saya sudah ada di Klinik kecil gt, saat itu suara tembakan terdengar jelas.... suasana kacau, saya ank kecil yang tak tahu ini apa yg terjadi... tiba2 ayah saya meninggal karena serangan jantung, dokter bilang ini karena situasi kerusuhan yang membuat serangan jantung kpd ayah saya, bisa dibayangkan org yang mempunyai riwayat jantung, melihat kekacauan dimana2, org2 ngamuk2, menyerbu2 toko2, dan rumah2, suara2 tembakan sangat jelas terdengar....... ketika ayah saya meninggal,,, para2 tentara, tanpa rasa hormat, menyerbu tempat kami, bayk sekali masa,,, ada org meninggal pun mereka tak menghiraukan, itulah kejamnya zaman itu....
BalasHapusIa bisa dibilang sebagai saksi juga kerusuhan Jakarta, saya mengajak teman2 jangan lupakan kerusuhan Mei.....
sedikit cerita. saya waktu itu masih smp 3 pas lagi ebtanas yang tiba2 yang sudah selesai langsung disuruh pulang, ketika keluar dari ruangan saya liat banyak orang tua yang datang menjemput. baru saya tau ternyata ada kerusuhan, penjarahan apapun itu namanya. saya sendiri dijemput om saya, kami mau lewat komplek2 tapi sudah ditutup warga hingga akhirnya kami melawan arah ke daerah samanhudi gunung sahari. saya melihat sendiri ratusan orang sedang menyambit, menghancurkan golden truly. kami panik dan langsung ngebut pulang. saya tinggal di daerah pasar baru dekat pertokoam . notabene kami sekeluarga dan tetangga2 kami panik tapi tidak bisa kemana2 karena mereka sudah mengepung. untungnya para pemilik toko membayar tentara atau sejenisnya untuk berjaga sehingga kawasan kami aman tapi daerah metro dan krekot hancur. saya masih ingat melihat asap dimana2, ada suara tembakan. minggu itu kami hanya bisa berdiam di rumah. puji Tuhan smua aman dan makanan cukup.. jadi saya juga mengajak kawan2 jangan lupakan tragedi ini, yang sampai skarang masih tidak terselesaikan
BalasHapusHUKUM KARMA pasti berlaku terhadap pelaku2 kejahatan Mei'98, meskipun tampak nya belum semua pelaku2 tsb yg tersentuh hukum, apalagi dalang dr kerusuhan Mei'98 tsb, percayalah...bila waktu nya sdh tiba, meskipun mereka lolos dr hukum negara tapi mereka TIDAK akan lolos dr HUKUM KARMA....
BalasHapusmakanya jangan pilih capres dalang kerusuhan.. ingak ingak ting...!!!
HapusBayangkan kalau DALANG kerusuhan Mei 98 yang nyapres itu akhirnya menjadi presiden nanti? Sangat menakutkan #Hatihatimemilih
Hapusaku inget betul kejadian mei 98. aku dan keluarga masih beruntung, kami tinggal di semarang yang relatif lebih aman. saat itu aku masih sd, belom jam pulang sekolah tapi ayah sudah menjemput aku di luar pagar sekolah. beberapa murid lain juga ikut dijemput orangtuanya. saat itu aku masih ga tau apa yang terjadi, hingga akhirnya tau ada kerusuhan yang melanda. di pikiran anak kecil, kerusuhan = perang. perang = gak ada makanan, gak ada uang, dan mati. ketakutan mencekam kami. ayah dan beberapa bapak bapak lain di kampung kami (tionghoa maupun pribumi) kumpul jadi satu, berjaga siskamling 24 jam sambil membawa pedang, tongkat, bambu, apapun peralatan yang ada. para ibu dan anak anak kumpul di rumah masing masing dan dilarang keluar rumah dalam bentuk apapun. aku ingat saat itu masing masing rumah dibekali senjata berupa semprotan gas air mata, pentungan, serta para wanita menggunakan celana anti huru hara. aku inget kami sekeluarga ngeri juga kalo liat di tivi situasi jakarta dan kota lain yang mencekam. apalagi kakak sepupu saya saat itu sedang kuliah di jakarta (untar), jadi lengkaplah kekuatiran kami. untunglah semarang relatif aman dari kekacauan saat itu, sepupu saya juga aman mendekam dalam kosan. namun ternyata pristiwa ini membawa trauma tersendiri buatku (yang baru aku sadari beberapa waktu belakangan). tiap ada sekumpulan massa, pasti ada rasa takut dan segera menghindar. ternyata di kota yang aman pun, kerusuhan ini tetap ada dampak psikologisnya.
BalasHapusgak akan pernah lupa kejadian 98. memaafkan harus (bukankan itu diajarkan dalam agama untuk saling mengampuni), tetapi melupakan jangan. bagaimanapun juga keadilan harus ditegakkan! #melawanlupa
Saya hanya sempat menelepon kawan dan bertanya 'Apa aman?' 'Apa saya perlu ke sana?' Yang dijawab oleh kawan saya 'Aman, cuma sempat atap rumah kami ditimpuki batu'. Saya tidak terpikir kalau harus menuju rumahnya dengan sepeda menembus chaosnya Jakarta. Tetapi yang saya tahu dia baik-baik saja dan itu sudah cukup bagi saya.
BalasHapusTh 98; saya kuliah di Untar; mukqi dr penembakan mahasiswa 3sakti sampai kerusuhan dwngan pembakaran pom bensin grogol saya lihat sendiri; saya masih di kampus hari itu, cici saya 2 orang masing masing di kantor mereka belum bisa pulang dan tidak bs pulang, kami semua cuma bisa berkomunikasi lewat telepon.
BalasHapusDi radio kami dengar kerusuhan dan penjarahan dimana mana, saya di eumah tinggal di grogol bersama sepupu ikut ronda malam, swmua warga pribumi dan non pribumi kompak menjaga lingkungan kami. Hampir beberapa kali dinihari sampai subuh massa mau menjarah kawasan kami...untungnya swmua warga kompak keluar menjaga bersama.suasananya sangat mencekam...cici2 saya untungnya bisa mengungsi ke kelapa gading rumah om kami, yg pada saat itu salah satu kompleks chinesw yang aman dari kerusuhan.
Suasana sangat mencekam, 3,hari menegangkan kami lewati, sampai akhirnya bisa berkumpul lagi bersama.
Saya swmpat keliling sampai ke roxy...swmua toko di gambar huruf arab, ditulisi toko ini milik muslim dsb...sampai sampai semua orang tionghua tidak kelihatan sama skali, semua mata melihat saya eperti orang melihat orang gila...sampai sampai ada pribumi yg baik hati bilang ...kok kamu chinese berani jalan kaki keluar...baru saya sadar...oh ternyata memang tidak ada tionghua yg saya temui di jalan....saya sadar...dan cepat cepat pulang...dalam hati saya berpikir...kerusuhan ini pasti di dalangi sama orang tertentu, karena apabila semua pribumi membenci tionghua...kenapa orang di sekitar saya tadi tidak.....semoga emua kenangan taahun tahun itu tidak pernah lagi terjadi di Indonesia ini.....forgiven but not forgotten.....
Yes absolutely FORGIVEN, but NOT FORGOTTEN!!!..luka yang ditimbulkan sangat dalam..apalagi buat korban..saya pribadi bersyukur tidak mengalami tragedi ini secara langsung karena tidak berada di jakarta, tapi perasaan sakit saya rasakan ketika dengar sesama TiongHoa diperkosa secara keji, dibunuh seperti binatang, dan diperlakukan secara sadis...saat tragedi MEI 98 saya masih kecil, tapi membaca berita di koran dan artikel, perasaan benci saya sangat besar terhadap BAJINGAN-BAJINGAN itu! Sampai sekarang pun jika membaca artikel terkait tragedi ini, saya merasa kesal karena TiongHoa yang tidak bersalah malah dijadikan sasaran! Sekarang di saat hukum (yang selalu) mandul terhadap pelaku, sementara trauma dan kepedihan dirasakan korban seumur hidup, pelawak politik melanjutkan sandiwaranya dengan mengusung CAPRES yang ada kaitannya dengan tragedi pelanggaran HAM mei 98. IRONIS! Bagaimanapun Keadilan akan datang pada waktunya! Yes we FORGIVE, but NEVER FORGET!
HapusMereka semua itu hanya mengatasnamakan agama dan pribumi.... cuz chinese jg kan byk juga yang muslim,
Hapussaya di jakarta dan saat itu sebagai mahasiswa sehabis ikut menyampaikan pesan duka cita ke univ trisakti tidak lama berselang ada amuk masa dan tembakan gas air mata ke univ trisakti, chaos saya kembali kekampus setelah itu koordinasi dengan teman saya untuk pulang ke tangerang karena tidak ada kendaraan umum dan situasi chaos terpaksa jalan kaki dari grogol ke tangerang cimone di jalan ada seorang yang mengaku paspampres ikut bersama kami berjalan bersama, di sepanjang jalan saya melihat sendiri dan mendengar bagaimana orang orang berteriak bakar china bakar china, Tuhan melindungi saya hingga saya selamat sampai dirumah mereka tidak bisa mengenali saya seorang tionghoa
BalasHapusSy dulu besar di malaysia dan singapur sebelum balik ke indonesia. Sepengalaman saya friksi antar kaum itu pasti ada, pas sy sekolah di eropa juga gitu kok. Tapi yg peristiwa mei 98 itu, sepertinya sudah dirancang oleh militer untuk jatuhkan pemerintah, dengan cara mentargetkan kaum cina. Untuk menggerakkan massa besar ke jkt yg buat kerusuhan dan attack orang cina pasti butuh koordinasi yg bukan asal2an, itu butuh kemampuan tinggi spt militer. Memang kebencian antar kaum ada saja (seperti friksi antar kaum dia malaysia, eropa atau negara mana saja) tapi sy rasa tidak berani sampe mau bunuh2 orang cina. Yg berani bunuh2an pas mei itu diduga dari militer sama preman2 yg mereka arahkan. Kalo pribumi biasa paling ikut2an bagian menjarah. Seperti Hendry Sunter bilang, semoga mereka tidak lolos dari hukum karma..
BalasHapusgk kan trlupakan peristiwa 998 di jkarta !! tragedi bagi orang" tionghoa di indonesia !!
BalasHapusampe skrg aqu Jijik dan takut bergaul ma orang pribumi !!
Dont say such thing like that, what do you think between black and white people, Jewish and Nazi or English and Scotland????? I think you need to review your knowledge brother!! We are all victims.. It doesn't matter what is your race..no hatred please. Do you need translated to Indonesian? Peace out!!!
Hapus@kenji KH : anda boleh tidak lupa, tapi anda tak boleh benci pada sesama... meskipun berbeda etnis.. semoga ketakutanmu bisa berkurang atau hilang ya...
HapusBro Kenji, apa kamu pakai bahasa indonesia? pribumi? anda juga bisa dibilang pribumi bro, tidak ada perbedaan kecamkan itu.
Hapushadeuh, hari gini masih rasis juga. kami pribumi jg manusia bro. kalau you rasis gtu, you gak ada bedanya sama pelaku rasis tahun 2008
Hapusmanusia kaya elu bikin jijik!
HapusBro Kenji, menurut saya anda harus introspeksi diri, bijaksana dan dewasa menyikapi masalah tsb. Kasus ini sudah membuka mata kita bahwa memang nyata pada saat itu ada kelompok tertentu yang menyebabkan kasus kerusuhan ini terjadi. Jadi ini bukan salah pribumi, suku ,ras atau agama tertentu. Jadi saya harap kedepannya anda bisa merubah statement anda dan kebencian anda terhadap siapapun terutama pribumi, juga anda bisa meninggalkan sifat rasis ini dan menjadi orang yang lebih baik bagi semua....
Hapus"Lebih baik memaafkan daripada membenci, karena membenci hanya menghancurkan diri anda sendiri, bukan orang yang kita benci"
out of the box, or out from here... so simply... see, qlo qta jg berusaha nolong, gimana saya dulu jg menjadi tameng bagi sahabat tionghoa saya, gimana pak haji nyembunyiin tetangganya yg etnis tionghoa ketika itu, saling menghormati dimanapun qta berada, ga ada asap qlo ga ada api, lebih mengerikan peristiwa sampit, muslim pun tdk jarang dicemooh sampai ditembak di AS yg notabene negara demokrasi, karena ulah segelintir orang yg mengatasnamakan agama dan ras. yang menghancurkan agama sesungguhnya adalah ulah umatnya itu sendiri
Hapushhhhhhhh...saya juga pribumi indonesia, itu bukan perbuatan pribumi indonesia'. Indonesia bangsa yang berbudi luhur.
HapusOrang2 di blog ini lagi pengen healing tragedi 98, si Kenji KH malah mengeluarkan statement yang bisa membuatnya terasa perih lagi.. benar2 tindakan yang tidak pintar
HapusKO KENJI, saat tragedi itu..yg saya ingat almarhum ayah sy sebagai RT di wilayah jakarta timur...ayah sy jawa..pribumi! Saat itu ayah sy kumpulkan semua warganya buat mengamankan toko" rumah" tetangga kami yg cina! Ayah sy kerja sama dgn sahabat cina-nya yg seorang pedagang toko bangunan...teman cina-nya memberika cat dan kuas..lalu sama ayah sy diperintahkan seluruh toko" dan rumah di tulisi "KELUARGA MUSLIM/PRIBUMI"
HapusAyah sy menjaga lingkungan kami selama 1 minggu tanpa tidur!! Ibu saya tiap pagi membuat nasi bungkus buat saudara kami yg cina...dah ayah sy yang mengantarkan keluarga cina tetangga kami ke bandara untuk ngungsi.
Masih kamu bilang ga respect sm pribumi? Kamu makan dan tidur ditanah Indonesia..harusnya kamu hilangkan pikiran sempit itu!
Bro Kenji, statement anda sangat mengacaukan. tolong jangan berkata begitu tolong lah bijaksana ga semua pribumi jahat, atas kejadian mei 98 semua juga sedih membuat trauma yang tdk dpt dihilangkan selamanya, yang sekarang kita harus perbaiki adalah supaya bangsa Indonesia baik pribumi ato tionghoa Indonesia sama2 bersatu saling membantu menjalin kekeluargaan jangan sampai di provokator ama org yang ga bener. saya sangat berterimakasih kepada semua yang sudah menolong suku tionghoa Indonesia pd saat tragedi mei 98
Hapusbenci dan jijik terhadap orang2 yang melakukan kejahatan tersebut boleh saja, tapi mungkin tidak mengeneralisasi semua orang Indonesia melakukan kejahatan tersebut, Kalo benci dan jijik sih jgn-kan orang luar, saya yang asli Indonesia pun kalo mendengar cerita2 seperti ini rasanya marah terhadap pelaku2 kejahatan tersebut, sebagai orang muslim saya yakin, biarpun pelaku bisa lari dari tuntutan hukum, tapi mereka pasti terkena siksa berat di akhirat kelak, dan kita semualah yang akan menjadi saksi agar para pelaku mendapatkan balasan yang setimpal di akhirat .
HapusTrus, mungkin cuma hal sepele tapi mulai sekarang mari kita coba hilangkan kosakata Pribumi dan non-pribumi, karena UUD'45 hanya mengenal Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing. Harapannya , lambat laun generasi selanjutnya bisa lebih mengutamakan kebersamaan daripada perbedaan .
Waktu itu saya masih 4thn jd tdk ingat kejadiannya bgmn. Bisa dibilang keluarga saya cukup beruntung karena desa saya (dkt Jogja) tdk terjangkau kerusuhan d jkt dan bbrp kota besar lainnya. Tp saya dengar cerita dr org2 d sktr saya kalau wkt it warga desa saya yg pribumi semuanya menutup jln2 perbatasan supaya tdk ada org dr luar yg masuk, mereka jg membantu mengungsikan keluarga2 Tionghoa ke Semarang yg saat itu relatif aman.
BalasHapusSaya sering dengar peristiwa tsb disebut2 tp tdk pernah dibicarakan secara detail, seperti dianggap tabu. Baru setelah sekitar SMP dan research sendiri, akhirnya saya tahu detail2nya. Saya setuju dgn bbrp komen di atas, bahwa peristiwa tsb merupakan rancangan pemerintah dan org2 militer.
Menurut saya akan lebih baik jika peristiwa tsb tdk dianggap sebagai sesuatu yg tabu sehingga masyarakat tahu bahwa peristiwa tsb benar2 terjadi bbrp thn silam dan merupakan bagian dr sejarah Indonesia. Saya kira apabila masyarakat bnr2 tahu dan mengerti maka kerusuhan2 seperti itu bs dihindari di masa mendatang.
Orang-orang yg menyaksikan, mengalami, dan mjd korban kerusuhan Mei tdk akan pernah lupa. Saya sj yg wkt it msh kecil, sampai saat ini (saya sdh tdk tinggal d Indonesia, tp keluarga saya msh tinggal d sana) rasanya msh trauma, msh srg merasa takut saat plg kampung dan cemas kalau2 kerusuhan sprti itu trjd lg, apalagi d saat2 menjelang pergantian presiden seperti ini.
Tapi saya bersyukur karena saya tdk pernah membenci org2 pribumi gara2 peristiwa tsb, saya yakin itu semua ulah orang2 d pemerintahan yg busuk. Yah kalau mereka tdk mendapatkan hukuman yg sepantasnya, saya yakin suatu hari nanti mereka akan mendapatkan hukum karma nya.
Sebagai orang Cina tinggal di Indonesia, belum lama saya ke singapura, saya merasakan perbedaan yang begitu jauh antara SG dan Indo. Sejujurnya saya merasa sangat malu menjadi WN Indonesia. Orang pribumi di Indo terutama pemikirannya sangat dangkal, kurangnya pengetahuan dan dipenuhi hasrat "YANG PENTING NIKMAT!", hanya melihat dari penampilan FISIK bahkan tidak mau berusaha untuk bekerja lebih keras. Apalagi RASIS!
BalasHapusSejujurnya etnis Cina saja tidak rasis. Di mata etnis cina, semua sama saja. Buktinya, di SG sebagian kecil etnis India dan lainnya tinggal di sana meski di SG sebagian besar populasi merupakan etnis Tionghoa. Dan mereka tidak RASIS samasekali!
Lalu, bagaimana keadaan Indonesia? itulah wajah Indonesia yang dilabeli populer "MAY 98".. KARMA itu ADA, dan kejadian ini akan terus diingat oleh etnis cina di negara manapun bahkan di seluruh dunia.
Harusnya perbedaan itu INDAH! dan sampai kapan Indonesia bisa maju kalo etnis fan kui terutama kalangan bawah begini terus dan tidak pernah mau belajar dari kehidupan ini? dan Indo cuma paling dikenal hebat terutama "menjatuhkan orang alias menjelek-jelekan bahkan berkomentar dengan kata-kata KASAR!".
baru tau kalau kejadian mei 98 kayak gitu :(
BalasHapusdulu pas masih kecil sempat di jogja, lupa taun brapa, ku sama mama pulang dari satu tempat naik becak dan banyak orang kayak demo gitu, mungkin bingung atau kaget jadi ndak sempat nanya apa2 ke mama... dan habis itu kelas 2 sd (skitar 2000an) ku sama kakak disuruh pulkam duluan dan pindah sekolah ke sulsel... papa-mama nyusul... masih bingung juga alasan pulkam dadakan itu... kemarin pas udah kuliah, papa sempat cerita kalau dulu banyak yang ajak ikut organisasi tapi papa ndak mau karena kalau beliau tiba2 "ngilang" gmana keluarganya... salut sama papa :) masih ingat juga selama di jogja terkadang papa pergi beberapa hari, entah ngurus usaha atau yg lain, jadi kepengen tanya ke papa ntar pas pulkam...
mama sering banget ingetin buat ndak ikutan demo slama ku kuliah... trauma mungkin... walaupun ku asli bugis-indonesia tapi miris sekali saat tahu pernah ada kejadian ini...
Alright, SISWI yang TAWURAN dan BERKELAHI?
BalasHapusColor me impressed. In fact, I am.
Well.. its hard to believe if we are fine now :/ dunno if I believe 100 % on that statement. Since incident between Indonesian and Chinese it happened twice in my lifetime (my parents era and mine) hmmm ...I hope my friends who a few of them active in government will change the situation be better and permanent!!! Always forgive but not forget, at the end all the decision are yours. The way I look at it we are all humans there are good and bad.
BalasHapusSaya msh ingat waktu itu..saya di banjarmasin.23 Mei 1998 disini pun terjadi.saya msh kelas 3 STM waktu itu.tiba tiba banjarmasin mjdi kota mati.pembakaran dimna.penjarahan.beberapa tahun perdagangan di banjarmasin mundur.banyak yg mati.toko toko mall dijarah.masyarkt yg memakai baju baju partai ditelanjangi.senjata tajam sepanjang jln dikanan kiri.masy.diancam.23 Mei 98 Tak kan pernah lupa
BalasHapusnew order, chinese is JEW
BalasHapusI (WE) CAN FORGIVE BUT I (WE) NEVER FORGET!!!! KEJAM, SUNGGUH KEJAM!!!
BalasHapusingat bahwa peremuan tionghoa di indonesia tidak hanya di perkosa dengan sangat brutal tapi di bunuh dengan sangat tidak manusiawi ini link nya http://www.youtube.com/watch?v=uJK_bwLIZpY
BalasHapus我們華僑還值得
emang biadab
indonesia sangat memalukan, saat punya masalah sama amerika mereka bahkan menyebut kami tidak takut sama amerika karena ada negara China yang melindungi kami.
orang sebagian orang indonesia sudah tidak apa itu malu. itu menyamakan mereka dengan binatang
ReplyDelete
Sampai kapanpun kenangan Mei 1998 tidak akan pernah saya hapus dari ingatan. Itu adalah sebuah pelajaran hidup tentang sisi lain kekuasaan yang sangat mengerikan.
BalasHapussaya malah dapet link ini :
BalasHapushttp://www.youtube.com/watch?v=b6XsTwf9c8I
Hmmm.. kalau boleh saya ikutan sharing ttg situasi mei yg lalu..
BalasHapusInilah kronologi dari sepenglihatan saya..
Siang itu.. sehari sebelum kerusuhan, saya sendiri ikut bergabung dengan mahasiswa Trisakti yg sedang berdemo.. hanya saya sendiri yang kesana sebab teman2 lain sedang ada kesibukan.. Saya kuliah pada saat itu di UKRIDA.. pada saat itu sedang ada demo..
Ketika tiba disana, rupanya saya lihat selain mahasiswa Trisakti, ada juga mahasiswa Tarumanegara.. mereka ber-orasi dengan damai walau menutup jalan.. saya melihat patriotisme dari mereka.. dan saya sangat senang.. ketika itu ada yg membawa bendera Indonesia tapi menyentuh aspal.. maka yg lain menegur mereka.. orasi berlanjut.. dan terlihat beberapa baris pasukan sudah ada di depan, siap dengan laras panjang..
Mahasiswa mencoba menembus.. lalu dihadang oleh mereka.. saya lihat ada wartawan NHK wanita di tengah2..
Ntah dikomando oleh siapa.. Mahasiswa kembali berusaha menerobos.. dan pasukan lebih bersiaga lagi.. saat itu saya dengan pasukan hanya berjaraj beberap meter... kami dorong2an.. Nah.. ntah jam berapa, detik ke berapa.. lewat sudut mata kiri saya, ada sebuah benda hitam yg meluncur dr arah pasukan ke mahasiswa.. dan pada saat itu.. pasukan yang sedianya hanya bertahan, mereka langsung mendorong-menendang dan melepaskan tembakan.. seketika itu.. mahasiswa kabur tunggang langgang ke Tarumanegara dan arah lain. Saya pada saat itu kabur ke UNTAR.
Kamo berkumpul dan bertahan.. untuk yang diUNTAR.. kami hanya berlindung.. tidak ad yang melempar.. tp yg kami herankan.. Pasukan itu tetap menembaki kami.. mereka bukan hanya menembak peringatan, tp juga membidik.. Ada wartawan TV Malaysia di sana.
Hingga sore hari kami berlindung dan mendengar ad yg tewas di Trisakti..
Setelah saya merasa aman, saya kembali ke kampus dan menceritakan kejadian kepd teman teman.. Dan malam itu kami mendengar, disekitar Grogol, Masyarakat mencari mobil Plat Merah, dan membakarnya.. Menurut saya, kalau seperti itu, berarti kemarahan masyarakat dengan pemerintaah...
Nah.. keesokan harinya.. barulah skenario aneh berlangsung.. masyarakat menjarah toko dan membunuh dan memperkosa dan sebagainya.. Ini jelas ad yg memprakarsai.. mendompleng kejadian Trisakti untuk keuntungan Elite Politik.. sebab sudah menggeser akar permasalahan dari tidak suka ke Pemerintah berlanjut ke SARA.
Yang menyedihkan lagi.. di mana mana tertulis.. TOKO PRIBUMI... Nah berarti, yang menjarah pribumi dong... belum lagi ditambah tulisan TOKO MUSLIM.. Nah berarti yang menjarah??
Saya sangat ingat dengan Tragedi itu.. dan saya juga pernah berbincang dengan orangtua saya yang berumur 66+ saat itu.. beliau bilang.. kasihan anakku, kenapa generasi kalian masih merasakan kejadian ini... semoga kejadian ini bisa jadi pelajaran untuk kalian.. Love U Dad..
lagi itu saya masih kecil.. karna kejadian ini.. saya sekeluarga ngungsi ke singapura kurang lebih 2-3 bulan..balik lagi ke indo karna kata sodara suasana sudah lebih aman
BalasHapusTolong ceritakan kepada saya kronologis cerita yang asli kenapa sampai terjadai pembantaian dan pemerkosaan terhadap etnis cina di tahun 1998 .. saya yang di manado pada waktu kecil tidak tahu apa2 . kluarga2 saya yang di jakarta dan di berbagai daerah menceritakan saya atas keganasan pribumi pada tahun 1998 yg begitu anjing dan biadab .. jadi saya ingin tahu dari sudut pandang beberapa orang dan fakta yang aslinya .. Karena penyebab dan masalahnya masih sangat tidak masuk akal
BalasHapusHai Christine, aku boleh minta contact kamu? kalau boleh, email aku ya di rebecca@hardrockfm.com
BalasHapusterimakasih :)
"Orang-orang boleh mengusir, mengusik, bahkan membunuh kita di Indonesia karena alasan etnis ataupun agama , tapi .... mereka tak akan pernah bisa mengusir Indonesia dari diri kita."
BalasHapusMei 1998 tak akan pernah tercerabut dari sejarah kita.
Miris hatiku. Dan membekas di hatiku. Sampai skrg tiap x ada demo kenaikan bbm or demo buruh, saya panik n takut sndr. Smoga tuhan memberkati kita semuadan terima kasih kepada teman2 pribumi yg membantu. Tak kan kulupakan, alm. paman aris(supir tercinta) yg mengantarku pulang dr sekolah selang ujian ebtanas, ketika kerusuhhan terjadi di medan. Beliau pun menjaga rumah kt ketika kita hrs mengungsi ke negara lain.
BalasHapusMenolak untuk lupa
BalasHapusForgiven yet not forgotten
Bersyukur saat kejadian kami sekeluarga di lindungi oleh para tetangga pribumi, mereka memblokade akses masuk berjaga2 supaya para perusuh tidak bisa masuk,
Masih teringat saat itu bagaimana saya dilarang keluar oleh mereka, "jangan keluar moy, bahaya" itu kata mereka.
Saat itu saya blom menyadari bahaya apa yg ada kalau keluar. Selang beberapa hari saya baru mengetahui dari pembicaraan mama dan kawannya, bahwa putri kawan mereka yg berada di jembatan 5 di perkosa. Sungguh tragedi yg memilukan, Semoga para biadab menerima karma sesuai dengan amal perbuatannya
#menolak lupa
Saya juga tdk pernah lupa krn bank swasta, tempat saya bekerja ikut menjadi sasaran amuk massa. Semuanya luluh lantah hanya tersisa tangga beton dan ruang penyimpan uang yg dibuat anti terbakar. Alhamdilillah kami sempat dipulangkan agak awal, krn kantor kami dibakar di malam harinya, tdk lama selepas maghrib.
BalasHapusTragedi yg sangat menyeramkan,sungguh manusia yg tidak punya hati nurani...pada saat itu kami berusaha menyelamatkan sahabatku yg Kebetulan tionghoa dari amukan massa sungguh sedih saat itu...alhamdulillah sahabatku selamat
BalasHapusI remember the day well. I was just 9 years old at the time. I am Chinese Indonesian, but because I'm half Chinese and half-Indonesian, I still look Indonesian. My two sisters, however, look very Chinese. This terrified both my parents. It was nearly night time when our neighbors told us that the rioting mass was approaching our "kompleks perumahan", or housing complex. My parents put the three of us in travel clothes, and stuffed our passports into each of our winter jackets. She told us 'this is in case we get separated'. As a 9 year old, I didn't fully realize what this meant. We were then hidden in our parents room, my older sister (who was only 12 at the time) was made to hide in the cupboard. Our maid went outside the house a scrawled on the wall - 'this is an indonesian's house' and wrote it in Arabic, in the hopes of deterring them from attacking our house.
BalasHapusOur father joined forces with the other Indonesian men in our neighborhood to approach the main gate. He later told us how the rioting mass were starting to climb the tall metal fencing of the neighborhood. Everything was in chaos. He could see fire burning behind them, cars trashed, screams from all directions. He tried to reason with the manic mass of men climbing the fence, but they told him to "shut up, we're looking for the chinese!" My father (being of chinese descent himself, luckily he did not look like it), returned to tell my mother that the riot was approaching. There was nothing else we could do. I was hiding in a dark place with my sisters. Somewhere in the house I heard sobbing. I was exhausted from being scared, and the next thing I know, I fell asleep.
The next day, my parents managed to get an army/police car to pick us and the neighbors up. We headed for the airport. For some unknown reason, the rioting mass had retreated and decided not to invade our housing neighborhood. But I will never forget that car journey we took that morning. As the car rolled out, I saw everything that has been familiar to me, completely burnt down. The noodle place where we used to eat, the tuition center, the bank, the snack shop, everything just meters away from our house had been completely destroyed. The little river near our place was full of broken cars, chairs, tables and other personal belongings. Smoke was everywhere, yet nobody was on the streets. It was the most chilling thing I had ever seen.
We managed to get emergency flights to Singapore. Our whole family moved there, and for the first few weeks we slept on mattresses on the floor. A few days later, I turned 10. I still have a picture of my 10th birthday, with a cake in an empty apartment in Singapore. But I had my entire family safe with me, and that meant I was more fortunate than the hundreds and thousands of Indo-Chinese girls and women who never managed to escape.
#melawanlupa
Sy jg mau share sedikit ttg kerusuhan 98, wkt itu kami sekrluarga hanya melihat berita di televisi, hingga malam penembakan serta kerusuhan dimana2...awalnya kami pikir ini semua hanya sementara, tapi saat tetangga serta saudara kami saling bertukar info akhirnya kami memutuskan untuk tidak membuka toko, karena kerusuhan sudah menjalar kemana2, hingga akhirnya kami melihat dengan mata kepala sendiri srgerombolan massa yang entah digerakan oleh siapa sudah sampai dii daerah kami...untungnya kami tinggal didaerah yang pribumi nya sangat akrab dengan keluarga kami...mereka keluar dari rumah masing2 klau dihitung sekitar 1rw lah, berjaga didepan rumah kami serta preman2 daerah kami juga ikut membantu, kami pun diungsikan di rumah tetangga yang berjarak hanya sekitar 3 rumah, sehingga kami bisa melihat kondisi rumah kami juga. Tetangga kami juga bwrjaga karena massa yg dtg tidak hanya menjarah tapi juga membakar, sehingga mereka takut jika rumah kami terbakar maka rumah mereka ikut terbakar. Setelah massa tersebut diusir tetangga kami masih berjaga hingga 2 hari kedepan sambil memasang barikade. Dan tidak jauh dari rumah kami ada beberapa gudang yang kami lihat sudah dijarah dan dibakar, itu pun kami juga lihat ada beberapa tetangga kami yg tadinya berjaga ikut2an menjarah digudang tersebut,. Bahkan saat massa yang tadinya lewat ingin menjarah tempat kami pun ayah saya mrngenal beberapa keluarga yang ikut dirombongan. Kami sangat takut sekali apa lagi ibu saya pingsan tak sadar hingga beberapa saat, dan saudara sepupukami yang perempuan juga sangat ketakutan. Saat hari setelah kerusuhan terjadi kami sekeluarga akhirnya pulang kekampung halaman naik kapal, sedangkan ayah saya tetap berjaga dirumah bersama tetangga saya. Ayah saya sudah siap untuk mengorbankan nyawa seandainya massa mengepung, twtapi TUHAN masih berbaik hati terhadap kami. Mudah2an kejadian ini tidak terulang lagi dimasa yang akan datang, biarlah pelakunya mendapat ampunan dari Yang Maha Kuasa. Salam damai untuk semuamya
BalasHapussaya waktu itu ada di jalan-menyetir, dan sampai sekarang menolak lupa.. saya bukan tiong hoa, tetap saja ngeri waktu itu dan karena linndungan Tuhan bisa bisa berlindung di jalan.. dan sampai sekarang selalu menceritakan hal ini kepada teman-teman tiong hoa saya yang masih muda(misalnya saat itu masih smp dan sampai sekarang tidak tahu apa yang terjadi), betapa hebat orang tua mereka menyelematkan dirinya dan keluarganya.. doa saya andai memang ada dalang dibalik semua itu.. jangan samapai dia memerintah negeri ini.. saya tidak bisa membayangkan akan bagaimana nantinya
BalasHapusSaya adalah keturunan tionghoa yang tinggal di jakarta,, tapi saat kejadian itu kami semua sedang berada di bali,,kami pindah sekitar sebulan sebelum kejadian mei 98.. mungkin Tuhan yang menolong kami karena kepindahan kami memang bukan disengaja,, lebih terkesan tiba2.. tanpa mengetahui bahwa beberapa waktu kemudian kami akan bersyukur tidak ada di jakarta saat itu... kami menonton situasi jakarta dari berita2 di tv.. dan sangat merasa sedih juga takut.. situasi saat itu benar2 kacau.. kami kembali ke jakarta 3-4 bulan pasca kejadian mei 98.. saat itu memang keadaan sudah lebih aman tapi sisa2 kejadian tersebut masih berbekas di ibukota,, ruko2 dan gedung2 hancur dan dibakar,, untungnya rumah kami di jakarta tidak menjadi sasaran amukan massa saat itu karena tetangga serta warga sekitar berjaga2 di sekitar daerah tempat tinggal kami..sekarang kami tidak lagi tinggal di jakarta lagi tapi kenangan mengerikan saat itu tetap tidak bisa dilupakan..semoga tidak terulangi lagi kejadian seperti mei 98...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus"Kebenaran tentang perebutan kekuasaan tidak boleh di bikin jelas; pada mulanya ia terjadi tanpa alasan tapi kemudian menjadi masuk akal. Kita harus memastikan bahwa kebenaran itu dianggap sah dan abadi ; adapun asal muasalnya sendiri harus disembunyikan, jika kita tidak ingin kebenaran itu cepat berakhir" (Blaise Pascal, Pensées, 1670)
HapusSaya 27th saat itu. Saat kejadian sy berada di kantor sebuah perusahaan asing di kawasan TB Simatupamg. Saya yg meminta bpk Satpam untuk menurunkan bendera Merah Putih didepan kantor menjadi setengah tiang. Tanda turut berkabung. Saya tidak melihat langsung penyerbuan yg dilakukan sekelompok orang. Karena baru berani pulang mengendarai motor setelah sore. Menyusuri Jln A. Yani menuju Ancol. Ada rasa ketakutan meski saya juga seorang "pribumi". namun disepanjang jalan sy tidak menemukan kerumunan orang atau gerombolan pengacau. Hanya masyarakat setempat yg berjaga2 di setiap mulut gang. Dari sekian banyak tulisan diatas, sangat banyak kesan pribumi melindungi tetangga keturunan tionghoa. Dapat diambil kesimpulan bahwa bukan "pribumi" yg menjadi aktor utama dari peristiwa itu. Hanya terkesan tergiur untuk menjarah karena ada kesempatan untuk itu. Dan"Pribumi" tidak melakukan pembakaran. Adakah diantara kalian yang mengenali pelaku pembakaran dan penyerbuan saat itu??
BalasHapusSaya keturunan chinese, saat itu saya kelas 6 SD.. masih ingat sekolah dipulangkan setengah hari.. untung saat itu bapak yg mengantar jemput sekolah menunggu sepanjang hari di sekolah shg saya bs lgsg pulang.. sepanjang jalan di mobil saya mendengarkan berita bahwa kawasan sudirman sudah kacau dan terjadi pe jarahan dimana2.. saya jg masih ingat bahwa ada penembakan mahasiswa.. dan yg masih teringat jelas saat itu para tetangga berkumpul di rumah saya krn rumah saya cukup memanjang ke dalam. Kebetulan cluster rumah saya bercampur tidak hanya chinese. Kami semua (baik keturunan maupun tidak) bersembunyi di sebuah kamar yg terletak paling dalam di rumah saya.. saat itu listrik dipadamkan sehinga kami berkumpul dalam kegelapan. Saya diam dsana sambil sayup2 berusaha mendengar apa yg terjadi.. kebetulan ayah sy saat itu menolak memasangkan atribut "rumah pribumi" atau apapun tulisan arab yg memang kami tidak mengerti.. ayah merasa bahwa hal tersebut tidak dibutuhkan dan untuk apa berbohong. Dalam sayup2 tersebut saya mendengar bahwa semua toko sudah habis dijarah para massa yang entah berasal darimana.. rumah saya hampir kena sisir namun beruntung krn para bapak2 berjaga di depan gang dan pasang badan menghadapi massa.. di radio pun saya mendengar banyak terjadi pembakaran, penjarahan, dan juga pemerkosaan dan pembunuhan kaum tionghoa.. saya yg saat itu yg baru kelas 6 SD sangat takut.. sampai beberapa tahun trauma kejadian teraebut masih membekas baik untuk saya ataupun keluarga. Bahkan sampai sekarang saya cemas dan takut kalau melihat gerombolan org2 yag biasanya suka berkata seronok dan tidak sopan dg kami yg bermata sipit.. saya sendiri pun bingung kenapa sampai kami kaum keturunun begitu dibenci. Padahal kita semua sama.. berada di negara yg sama.. berbicara dengan bahasa yang sama.. makan dari hasil tanah yang sama.. saya sedih kalau teringat peristiwa Mei 98 tersebut.. semoga ke depannya kejadian seperti itu tidak pernah terjadi lagi..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMengingat dan membaca kembali saja hati sudah pedih dan mata menahan air mata. Masih tersisa sesak luka membaca kisah teman2.
BalasHapusSaya waktu itu masih 8 tahun, belum tau apa2.
Tapi beruntung, Komplek tempat kami tinggal saat itu dijaga oleh warga sekitar. Tetangga saya banyak pribumi, walaupun ada beberapa yang ikut menjarah.. untungnya beberapa dari mereka masih memiliki nurani, mereka membantu melindungi keluarga kami. Sekeliling daerah kami tinggal dipenuhi kepulan asap, semua dibakar & dijarah.
Buat saya sendiri, kerusuhan ini membentuk pribadi saya untuk tidak RASIS. Karena saya tau rasanya mendapat perlakuan rasis. Saya besar dilingkungan sebagai minoritas, sering disebut CINA CINA CINA walaupun saat itu saya belum mengerti kenapa saya dipanggil CINA kendati saya lahir di Jakarta, Indonesia.
Seiring saya tumbuh dewasa, saya bertemu banyak teman-teman dari etnis dan suku lain yang menjunjung moral yang tinggi & berahklak baik. Oleh karena itu saya belajar bahwa tidak akan pernah adil menghakimi seluruh kaum/suku hanya karena kesalahan segelintir orang didalamnya.. dan yang paling utama saya mengerti bahwa "Hati yang gembira adalah hati yang mau memaafkan".
Saya memaafkan, tapi tidak akan pernah melupakan MEI'98.
aduh kaget kirain yg dipoto itu adalah korban 98, udah emosi aja, untung nya bukan.. klu ingat tragedi 98 bawaan nya emosi aja,. meski nga ngalamin tetep aja kesel ngeliat banyak nya perkosaan..
BalasHapusMy boyfriend had to jump from the back of his house together with his brothers and very lil sister. Neighbor had to hide them from insane mass. The only thing they have left from the tragedy was only a microwave! The crazy mass burn his house down. Eventhough his family has PAID the TNI (satu tronton penuh) to protect the house in the end they ran and left them without any protection. We are preparing our wedding now and sadly he has none of his childhood pics to be used. Very sad! Myself, i remember that my father had to buy a baseball bat and put it behind the door at home for our defense. He also joined the night watch with the neighbors.
BalasHapusNow, as grown ups let's learn from the past. Diversity is gold. Respect others who are different. God creates us all the same and equal. Make a better Indonesia!!!
SEJARAH bagaimana keturunan Tionghoa Indonesia menjadi bulan-bulanan ketika konflik ORBA dengan ORLA yang katanya , PKI = Cina (yang tidak diluruskan / dibiarkan) orang-orang TIONGHOA INDONESIA (maaf, tahu artinya Tionghoa kan? Tionghoa = keturunan Cina yang lahir diluar daratan Cina. Soalnya ada ustad yang gak ngerti arti ' Tionghoa ' ceramah lagi....) sampai film rekayasa ORBA tentang G30s PKI akhirnya tidak diputar lagi , tidak ada sepatah kata pun permohonan maaf dan rehabilitasi nama baik atau apapun ..... bahwa bangsa ini telah melakukan kesalahan. SEJARAH lah yang akan membuat suatu bangsa kuat, karena masyarakat tidak diperkuat pelajaran sejarah yang benar maka mudah sekali kejadian seperti KERUSUHAN MEI 1998 kok Tionghoa lagi korbannya ? Dan, sampai saat ini TIDAK ADA PELAJARAN SEJARAH yang mengajarkan KEBENARAN SEJARAH TENTANG KERUSUHAN MEI 1998 , artinya ..... masyarakat (khususnya pelajar / generasi penerus) tidak diberi peringatan (apalagi fakta sesungguhnya) tentang apa yang pernah terjadi pada G30S 1965 ..... Mei 1998 , bagaimana mereka tahu BERAPA MAHALNYA HARGA YANG HARUS DIBAYAR BANGSA INI ? Sekali kerusuhan , bangsa ini sudah tertinggal puluhan tahun terbelakang dibanding negara lain. Contoh saja, 15 tahun sejak Mei '98 masih ada kaca atau gedung terbakar yang masih tersisa , apalagi memulihkan kondisi ekonomi daerah tersebut, untuk se-JAYA 15 tahun lalu saja SULIT ! Tentu, saya amat sangat setuju, TIDAK BOLEH DILUPAKAN , bahkan HARUS DIBERITAHUKAN KE ANAK CUCU.
BalasHapusSemua jadi korban, bukan hanya etnis Tionghoa...
BalasHapusTentu saja semua warga Indonesia menjadi korban, namanya juga kerusuhan, tetapi mengapa harus terus terjadi . 'CINA !' Cina itu kalo lahir di daratan Cina datang ke Indonesia pakai Passport, kalo keturunan Cina yang lahir turun temurun di Indonesia tolong disebut Tionghoa Indonesia, dimulai dari situ saja dulu, maka banyak hal akan mulai membaik. Bukankah keturunan ARAB, INDIA dan lainnya tidak terlalu dipermasalahkan disini? hehehe.................. semoga INDONESIA lebih baik. Amin.
HapusIt's so sad to hear those stories, make me feel angry as well.Why do they need to be racist in the first place? Why don't they think if those things happened to their family? Why should we speak Indonesia instead Chinese? Why most of Chinese People can't speak Chinese well in Indonesia? We should had spoken Chinese right now to each other but all we can just to speak indonesia... It's such a shame when i realized all my Chinese friends here speak Chinese to each other but i can't.
BalasHapusKetika Megawati jadi presiden pun kenapa tidak membongkar keadaan yang sebenarnya???
BalasHapusSemua rakyat menjadi korban kerusakan moral.
Ayo berubah!
save indonesia....indonesia butuh pengampunan Tuhan
BalasHapusJika para pelaku otak kejahatan 12 mei 1998 tidak sampai dihukum dan diseret ke pengadilan, tetap akan ada hukum Tuhan YME. Baik di dunia atau akhirat kelak. Kita lihat saja nanti, siapa pemimpin2 di masa itu yg kesulitan menjemput ajal.
BalasHapusSaya tidak berada di jkt pada Mei 98. keluarga kami berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat. Tapi chaosnya menyebar sampai kesini. Kebetulan rumah kami dekat dengan komplek gudang beras. gudang2 beras habis dijarah, TNI mengeluarkan tembakan peringatan tidak mampu menghentikan para penjarah. kondisi kami terjebak, tidak bisa keluar. pintu depan penuh dengan massa yang teriak teriak "Cina brengsek!" Pintu belakang, ramai dengan penjarah. sudah tidak tahu harus berbuat apa, untunglah komplek perumahan kami baik warga non tioghoa yang tidak terprovokasi. Keluarga kami dijaga oleh mereka. beberapa hari kemudian turun suku dayak dari gunung mengamankan situasi. walau tidak sampai jatuh korban serius, tetap saja mengerikan. saya tidak bisa bayangkan keadaan teman2 tionghoa di jakarta. sungguh miris. Menolak lupa! Bijaksanalah memilih pada pilpres 2014 ini!!
BalasHapusSaya berusia 9 tahun saat itu, di Semarang. Mungkin keadaan di Semarang berbeda jauh dengan di Jakarta. But, I will always remember how my father asked me for not attending the school. Saya sekolah di sekolah negeri yang hanya berjarak 1,5km dari rumah. Saat itu rumah kami sedang dalam pembangunan. Meski kami ketakutan akan keberadaan kami, tetangga kami semuanya pribumi, tapi kami bersyukur justru tetangga kami yang melindungi kami.
BalasHapusMemang tidak akan terlupakan. #menolaklupa
#Melawan Lupa.
BalasHapusMei 1998
Bulan yang membawa kenangan pahit bagi kami suku Tionghoa. Saya salah seorang yang hampir menjadi korban kerusuhan tersebut. Seorang tetangga jadi korban penjarahan toko, seorang sahabat bangkrut karena toko berasnya habis dijarah dan dibakar di Pasar Cengkareng, Jakarta Barat. Seorang saudara toko bangunannya habis dijarah tetangganya sendiri dan orang-orang yang dia kenal selama ini.Syukurlah, berkat kegigihan mereka, hari ini mereka sudah pulih secara ekonomi. Seorang kawan (wanita) harus lompati pagar komplek perumahannya di Jakarta untuk menghindar dari kerusuhan di rumahnya. Seorang kenalan lelaki, mengungsi dengan pesawat dari Medan ke Jakarta menghindar dari kerusuhan di kotanya, tapi setiba di Jakarta juga terjadi kerusuhan keesokan harinya.
Ini bukan cerita sensasi, justru berita yang muncul ke permukaan adalah berita yang lolos dari sensor pemerintah karena memalukan. Jika berita sebenarnya terbuka, maka gambar dan kisahnya akan lebih memilukan. Mengapa Bumi Sriwijaya yang kaya, Negeri Majapahit yang beradab bisa menjadi seperti ini? Mengapa karena kulit kami lebih kuning, maka mereka berhak membakar kami agar kulit kami jadi hitam pekat, apakah karena mata kami lebih kecil, maka mereka berhak memukul wajah kami hingga lebam?
13 Mei 1998, hari itu di kantor di bilangan Kota Tua, kami mendengarkan siaran radio Sonora, karena beberapa hari sebelumnya sudah ramai demo mahasiswa untuk menggulingkan Soeharto. Tengah hari radio menyiarkan, terjadi penembakan di Kampus Trisakti, beberapa saat kemudian asap sudah membumbung di jalan Latumenten, Grogol. Dari kantor di Jakarta Kota, asap sudah bisa dilihat. Kami mulai kuatir dan minta kepada Boss agar bisa dipulangkan lebih awal. Boss saya bilang; “Kita tunggu beberapa jam lagi”. Jam 2 siang, kondisi makin parah maka Boss putuskan tutup kantor dan kami pulang 2 jam lebih awal dari jam kerja. Dan untuk besok agar saling berkomunikasi apakah kantor akan tetap tutup atau dibuka. Selama perjalanan pulang, kondisi jalan masih biasa saja. Hanya dari Pantai Indah Kapuk, kepulan asap di Grogol terlihat jelas.
Jam 4 sore saya tiba di rumah, dan berita di TV sudah semakin parah dan kebakaran di mana-mana. Seorang tukang ojek yang melihat saya di depan rumah bertanya heran;” Koq bapak bisa pulang? Sekarang ini di jalan semua mobil atau motor sudah dirazia. Kalau Cina disuruh turun dan digebukin (dipukuli), malah sudah ada yang motornya dibakar di Teluknaga (lokasi ini hanya 3 Km dari rumah)”. Saya bersyukur karena kami waspada hingga bisa mendesak ke Boss agar bisa pulang awal. Rute jalan yang saya lewati untuk pulang adalah rute yang cukup parah kerusuhannya. Dari Muara Karang, Cengkareng dan Dadap
Malamnya berita di TV makin memanas, hampir di seluruh kota besar terjadi kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan. Malam itu di komplek perumahan kami, semua berjaga hingga pagi. Saya membawa parang, sebagian besar membawa golok, seorang kawan Bugis membawa samurai 1 meter. Ada sekelompok massa dari daerah Pakuhaji, Tangerang sekitar 8 km dari lokasi kami sudah menyerbu, menjarah dan membakar pasar yang sebagian besar pedagangnya memang orang Tionghoa perantauan dari Bangka dan Pontianak, sebagian adalah Tionghoa Asli daerah ini. Massa berasal dari daerah yang sejak lama dikenal kental ke-Islamannya. Menurut kabar beberapa waktu sesudahnya, ada beberapa Ulama yang memang menggerakkan massa tersebut.
...............
Sambungan........
BalasHapus14 Mei 1998, pagi hari suasana di perumahan kami masih mencekam. Saya mengendarai sepeda motor keluar melihat kondisi pasar yang dijarah. Saya mengenakan jaket dan helm agar tidak terlihat wajah saya. Kondisi pasar yang hanya berjarak 2 km dari rumah saya sangat mengenaskan. Dari semalam hingga pagi ini, massa masih menjarah dan membakar toko-toko sepanjang jalan. Saat melihat kejadian itu, saya sempat membuka kaca helm saya yang gelap, dan seseorang dari penjarah sempat melihat saya dan mencoba mengejar saya. Segera saya putar arah melarikan diri dari situ. Hari ini saya istirahat karena semalaman tidak tidur.
Malamnya, sekelompok massa meneror perumahan. Mereka berteriak-teriak menakut-nakuti warga perumahan. Untung, malam itu ada seorang ustadz dari masjid dekat perumahan yang berhasil meredam massa, jika tidak malam itu sudah terjadi perang. Kami di perumahan sudah memakai tanda dengan tali rafia di tangan sebelah kiri dan senjata parang, golok, samurai sudah di asah. Kami sudah pasang strategi jebakan, karena massa di luar sekitar 400-600 orang, sedang kami di dalam berjumlah lebih dari 1000 orang. Puluhan orang sudah dipersiapkan sebagai pemancing massa yang akan membawa massa ke lapangan di tengah perumahan, mereka akan lari kesana saat massa mengejar, dan kami akan menyerang massa tersebut di lapangan, jumlah kami lebih banyak. Syukur, mereka bisa diredam, jika tidak malam itu akan terjadi pertumpahan darah, dan saya tidak yakin apakah saya bisa selamat. Anak saya baru berumur beberapa bulan saat itu.
Memang perumahan kami mayoritas pribumi pendatang. Tionghoanya hanya beberapa orang saja. Tapi incaran massa memang warga Tionghoa. Toko-toko mereka sudah habis hari ini. Ada issu bahwa orang-orang Tionghoa banyak yang menitipkan mobil di perumahan.
15 Mei 1998, kondisi sudah mulai tenang. Massa hanya sesekali kumpul di depan perumahan. Warga sekitar perumahan sudah mulai sadar dan tidak lagi ikut membantu massa perusuh. Sekarang mereka justru membantu kami. Tapi kami tetap berjaga-jaga hingga beberapa hari kemudian. Saya jatuh sakit karena seminggu ini bergadang menjaga rumah.
Seminggu kemudian kantor saya baru bisa buka. Kondisinya penuh lemparan batu. Kaca-kaca pecah. Sepanjang perjalanan ke tempat kerja, jalan-jalan penuh sisa bakaran ban, toko-toko dan ruko hangus. Sebuah apartemen dekat kantor jadi korban keganasan massa. Kabarnya banyak amoi-amoi diperkosa di sana. Para Korban kerusuhan dan perkosaan Mei saat ini dirawat di sebuah Panti milik Gereja Katholik, dan keadaan mereka sangat menyedihkan, sebagian menjadi gila. Sebuah rumah duka di bilangan Pluit juga dibakar. Jenazah yang belum dikuburkan, yang sedang disemayamkan di sana didorong ke jalan. Mereka menista kami karena kulit kami lebih kuning, dan karena mata kami lebih kecil.
Oh Indonesia. Mau jadi apa negeri ini. Negeri yang bhinneka, yang sudah ratusan tahun nenek moyang saya lahir dan makan dari tanah negeri ini. Saya berdoa, semoga peristiwa ini tidak berulang lagi ke anak cucu. Cukup saya yang merasakan, dan cukup kakek saya yang kehilangan adiknya pada saat perang kemerdekaan dulu ketika milisi muslim menggorok lehernya.
Ya Tuhan, ampuni mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.
Note:
Untuk saudara kaum muslim, jangan lagi mau diperalat untuk kepentingan kelompok politik tertentu. Peristiwa 30 Sept 65, Mei 98 sudah cukup untuk jadi pelajaran berharga, jangan karena kami kafir maka darah kami halal ditumpahkan.
amen.....
HapusMei 1998..
BalasHapusSaat itu sy dibangku SMA kelas 2..abg! Tapi hari itu lain...keluarga sy pribumi jawa dan tinggal di Jakarta Timur, kami memantau setiap berita yg masuk. Hari itu kami semua dipulangkan lebih awal karena keadaan politik di Jakarta lg kacau. Almarhum ayah sy yg jemput sy ke sekolah..tp sy menolak karena teman sy ga berani pulang dikarenakan dia seorang tionghoa....
Ayah sy akhirnya yg mengantarkan teman sy kerumahnya, dengan mengendarai vespa butut kami.
Sepanjang jalan orang" chaos menjarah toko dan menghancurkan mobil dan rumah", miris mengingatnya..teman sy menangis panik. Sampai dirumahnya..keadaan rumah dikunci dan ada rantai gemboknya. Teman sy makin panik...ayah sy brusaha menenangkannya! Ayah sy menyuruh sy dan teman berlindung ditetangga sebelah rumahnya. Ayah sy mencari info keberadaan keluarga teman sy ini...ga taunya keluarganya ngungsi ke rumah pak RT setempat..ayah sy mengantarkan teman sy ke keluarganya. Saya melihat suasana yg haru biru..kepanikan..kesedihan dan kepedulian.
Ayah sy ketua RT pada masa itu, stelah kejadian itu ayah sy langsung mengumpulkan warganya..ayah sy melarang warganya buat menjarah dan merusak. Ayah sy bekerjasama dgn sahabatnya yg tionghoa..namanya Ko Awi..dia patner main badminton ayah sy, jadi sy tau Ko Awi orang yg baik...Ko Awi punya toko bangunan dan dia langsung memberikan stok Cat dan kuas di tokonya ke ayah sy..dengan cepat dan kerja sama warga sekitar..seluruh toko dan rumah orang" tionghoa ditulisi "milik pribumi/muslim" alhamdulilah lingkungan kami aman..termasuk tetangga" kami yg tionghoa..kami saling bantu dan peduli
saya ingat, ibu sy membuat nasi bungkus dibantu teman"nya...untuk dikirim ke gedung MPR DPR dibagikan ke mahasiwa yg berdemo. Pas kerusuhan itu...ayah sy menjaga lingkungannya seminggu tidak tidur.. memantau keluarga tionghoa apakah aman dan masih ada stok makanan dirumah mereka.
Kejadian ini menjadikan sy respect akan kepedulian, waktu berlalu dan sy menjadi guru..pengalaman mengajar sy pertama kali ditempatkan di wilayah Cengkareng. Saya mengajar dilingkungan yg seluruhnya orang tionghoa..awalnya murid" tersebut melihat sy dgn kebencian dan ga respect. Tapi sy memaklumi setelah kejadian Mei 1998...sy iklas mengajar..sy selalu bercerita ttg sosok Almarhum Ayah sy kepada murid" sy..sehingga respon baik sy terima, sampai detik ini...sy bersahabat dgn mantan murid" sy. Mereka sdh jadi orang hebat dan tidak membenci "pribumi"..karena kita adalah satu..satu sebagai rakyat Indonesia!
Kita ga akan lupa Mei 1998, tapi masa depan negara ini ada ditangan kita semua..hilangkan dendam dan bangkit bersama!
mungkin saya salah seorang yg memakan nasi bungkus buatan ibu kamu....
Hapussalam terima kasih ya utk ibu kamu!!!
dari kami para reformis yg terlupakan.....
PRABOWO ! jelaskan pada rakyat indonesia, apa yang sebenarnya terjadi . (permintaan bodoh dan polos)
BalasHapusYang jelas ada oknum yang bermain sehingga gerakan mahasiswa jadi berubah haluan menjadi kerusuhan etnis saat itu. Waktu itu saya masih kecil baru lulus kelas 6 SD. Saya melihat bahwa orang-orang khususnya pribumi hanya menonton saja di pinggir jalan, tapi memang ada pria2x dewasa berbadan besar yang menghancurkan toko, jumlahnya selalu dibawah 10 orang pada setiap kejadian. Ketika toko sudah berhasil dijarah lalu mereka mengambil uang dan barang, maka orang2 yang menonton tadi ikut2xan, mereka seperti ingin mendapatkan barang secara gratis, mungkin saat itu dipikirnya kapan lagi. Nah kebetulan kebanyakan yg punya toko itu etnis thionghoa dan entah kenapa jadi berkembang ke sasaran etnisnya. Kebanyakan warga yang turun baik itu menjarah dan memperkosa bahkan memukul pun saya rasa juga ikut-ikutan terpancing oleh oknum tadi.
BalasHapuspara preman itu kan sudah dilatih dulu di kamp2 kopasus. pergerakan mereka sudah terarah dan ada yang mengarahkan secara live.
Hapusbahkan tiga orang korea sampai menangis2 dan berteriak "we are korean....not chinese...."
BalasHapuskala itu sebuah mobil dihentikan didepan saya oleh sekumpulan org, saya tahu nasib mereka akan sangat buruk, tapi gada cara lain......hanya dengan satu teriakan saja mereka terpaku dan biarkan ketiga org itu pergi dengan mobil mereka yg rusak parah bagian luarnya dan wajah mereka yg sudah pebuh lebam.........
ingat...satu teriakan sepeerti auman akan membuat mereka terpaku........
Mau share juga, pas kerusuhan May 1998 saya msh tinggal di jakarta, liat di tv byk penjarahan dan pemerkosaan, untung byk tetangga pribumi yg jaga2 tiap mlm jadi mereka gak masuk ke daerah rmh kami, trauma msh ada smp skrg biar pun sudah tinggal di Hong Kong, mudah2an kejadian May1998 jangan smp terjadi lagi ...karena indonesia tdk akan maju
BalasHapustragedi mei 1998 tak akan terlupakan... kita semua hanya menjadi korban dari para elit politik masa tersebut ............ jadikan peristiwa tersebut menjadi pengalaman yang membuat kita semua sadar bahwa tiada perbedaan antara kita sesama umat manusia ........................ dan untuk para dalang dan pelaku kerusuhan mei anda semua tak akan lepas dari hukum karma dan hukum akhirat,
BalasHapustragedi 98 memang mengerikan dan masih banyak kejadian mengerikan di Indonesia terkait SARA yang sampai manusia tak kuasa menyebut pelakunya sebagai manusia.....
BalasHapusSADAR ATAUPUN TIDAK, PADA SAAT ITU (ATAU MUNGKIN SAMPAI SEKARANG) ANTARA MUSLIM DAN TIONGHOA SEDANG DIADU DOMBA !
BalasHapusBERPIKIRLAH YANG JERNIH, MERASAKANLAH DENGAN PEKA, LALU BERTINDAKLAH DENGAN BENAR.
walaupun ga rasain langsung apalagi wktu it g masih umur 5 taon...
BalasHapusPas g uda smp g baca blog blog artikel kejadian ini.
G langsung nangis ga bisa bayangin jdi kakak kakak itu.
Pilu bnget ada kejadian kayak gini..
G tanyain mama papa g. Kenapa kita masih mau tingal di indo?
Terlampau dendam g duu.
well waktu itu saya berumur 8 tahun dan tinggal di Surabaya. Keadaan Surabaya memang tidak semencekam Jakarta, tapi saya ingat waktu itu saya dan teman2 saya langsung dijemput dari sekolah untuk dipulangkan saat itu juga. Pihak sekolah tidak bisa melarang dan mendukung tindakan tsb (mayoritas sekolah saya waktu itu memang keturunan Tionghoa). Akhirnya saya pulang dan di rumah ketakutan (saya tidak tahu masalah apa yang terjadi, yang saya tau sedang kacau saja).
BalasHapussingkat cerita beranjak dewasa saya mulai tau apa yang sedang terjadi mei 98, rasa emosi marah bercampur baur. Dewasa ini saya melihat seakan-akan kita diajak lupa tentang tragedi 98. Saya bersyukur keadaan sekarang tidak seperti dahulu walaupun masih ada oknum2 yang membeci keturunan Tionghoa tanpa alasan (turun temurun).
uniknya setiap kawan atau kenalan dunia maya dari China sana kalau tau saya bilang berasal dari Indonesia, mereka selalu menyebut tentang tragedi 98. wow sebegitu besar dampaknya kah?
akhir kata saya berharap tragedi 98 jangan pernah terulang kembali. Mungkin beberapa sudah bisa memaafkan, tapi tidak pernah bisa lupa akan hal itu. #menolaklupa
ITU SEMUA ADALAH KARMA BERSAMA DI WAKTU INDONESIA DIJAJAH OLEH JEPANG,ORG2 INDONESIA DIPERKOSA, DIJARAH DAN DIBUNUH PADA SAAT ITU,MAKA DARI ITU BUAH KARMA TELAH TERJADI DISAAT KERUSUHAN MEI 98 MAKA KITA HARUS BERHATI2 DALAM BERPIKIR BERTINDAK BERPERILAKU SEMUA ADA BALASANNYA,CIPTAKANLAH KEDAMAIAN AGAR INDONESIA BISA MENJADI BANGSA YG MENJUJUNG TINGGI BHINEKA TUNGGAL IKA
BalasHapusoh berarti engkong lo orang jepang pernah memperkosa gitu ya, makanya kena karmanya ?
Hapusmikir pakai otak boz,urusan sama orang jepang tp yg kena imbas orang lain(bkn org jepang),istilahe cm bs jd pecundang,sama kyk teroris,brani bajak psawat,tp yg dibajak psawat komersil yg notabene rakyat biasa yg ga tau apa2
HapusDude! Lu hilang kewarasan otak lu? Yg melakukan kejahatan di Indo itu si jepang kecil, yg dijadikan korban terus2an adalah orang Tionghoa, kok lu bisa bilang karma??? Yg bener aja kalo mau nimbrung. Kalo otak lu kagak nyambung, jangan ikut nimbrung ngaco!!!
HapusSebenernya pelakunya sudah jelas. Hasil penyelidikan Asiaweek dan media - media lain mengungkapkan para preman dari berbagai daerah dilatih di kamp - kamp kopasus dalam persiapan kerusuhan Mei 1998. Kopassus waktu itu dipimpin Prabowo. Sebagai Intel yang hebat, mustahil dia tidak tau apa yang terjadi dalam tubuh kopassus yang dipimpinnya. Dan orangnya Prabowo, Pangdam Jaya Mayjen Sjafrie yang mengeluarkan instruksi bagi para perusuh di jalanan ke mana mereka harus pergi. Prabowo kita kenal selama ini memang sangat ambisius. Minimal pengadilanlah yang harus membuktikan Prabowo bersalah atau tidak atas perbuatan yang setimpal dengan hukuman mati itu. Tapi orang - orang prabowo di Mahkamah Agung dan DPR saling lempar bola dalam proses peradilan kasus ini sehingga sampai sekarang kasusnya tidak pernah dituntaskan dan prosesnya jauh dari selayaknya. http://wartajawatimur.blogspot.com/2012/07/medianusantara-majalah-asiaweeks-ungkap.html
BalasHapus3org yang mengambil peranan besar dalam kejadian 98 tersebut adalah sjafrie,prabowo dan wiranto yang masing2 memegang tongkat komando paling tinggi di masing2 kesatuannya yang tentunya atas suruhan dari presiden waktu itu soeharto
BalasHapusKerusuhan Mei 1998 itu memang Getir, Pahit dan Menyedihkan bagi seluruh bangsa Indonesia, memang lebih memilukan adalah bagi kaum etnis Tionghoa di Jakarta. Tapi saya mengingatkan bagi kaum etnis Tionghoa khususnya anak muda seperti Kenji KH, Jangan Pernah Lagi Menyalahkan Pribumi, !!! Kerusuhan Mei bukan ulah etnis tertentu, tapi segelintir masyarakat yang terjebak emosi dan hasutan, karena kemampuan berpikir dan kondisi. Tidak ada yg menjamin etnis tertentu itu Jahat atau baik semua!!! Begitupula etnis Tionghoa !!! Apakah kalau etnis Tionghoa itu baik semua??????? Harap renungkan dan jangan terlontar lagi ucapan tersebut!!. Dalam kejadian peristiwa Mei 1998, tepatnya hari Kamis Tanggal 14 Mei 1998 itu saya alami juga, waktu itu usia saya 34 tahun. Saya sendiri waktu itu terjebak dalam undangan rapat proyek di gedung Pusri samping Tol Tomang Kebon- Jeruk. Saya keluar dari gedung Pusri sekitar jam 17.45 dalam kondisi Jakarta Terbakar dan sepanjang jalan yg saya lewati jalan Tol Layang Tomang kearah Cawang sangat kacau, saat itu jalan Tol kacau arah kendaraan tidak teratur. Mobil banyak yg kacanya sdh pecah lari pontang-pantung, dijalan tidak tampak Polisi dan Aparat disepanjang jalan yg saya lalui dari Pusri hingga Halim .Sepanjang jalan yang saya lalui banyak gedung terbakar. Ananda Kenji KH perlu saya sampaikan bahwa saya juga kebetulan dilahirkan dari orang tua beretnis Tionghoa, tapi dari kecil saya bergaul dgn berbagai etnis dan agama hingga sekarang. Bahkan isteri saya dari etnis Jawa, dan anak-anak saya dgn bangga mengakui sbg etnis Jawa. Justeru kalo para etnis Tionghoa merasa dan mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berazaskan Pancasila ini sebagai Tanah Air dan Negaranya, maka Jadilah Warga Negara Indonesia yg baik. Bergaullah dan saling menghormati, saling megisi dan membantu satu sama lain. Jangan membentuk kelompok exclusiv dan Egois. Hormati dan saling menghargai perbedaan, baik etnis, golongan, Agama dan tingkat sosial.
BalasHapusMas Aries, saat kejadian Mei '98, usia saya 28 tahun. Jadi kita sama-sama lihat sendiri bagaimana kelompok elite tertentu berhasil mengadu domba anak bangsa sendiri. Dan yang paling mudah dibakar adalah isu Ras dan Agama. Dalam kejadian Mei 98 ini, sebenarnya bukan cuma etnis Tionghoa yang jadi korban, tapi juga etnis Menado, Batak dan lain-lain yg kedapatan menggunakan simbol-simbol kristiani, seperti kalung salib. Saya bisa mengerti perasaan Sdr. Kenji tersebut, mungkin dia dan/atau keluarganya adalah salah satu korban kekejian peristiwa Mei itu. Dan karena saya sendiri mengalami perlakuan pengucilan, penghinaan, dll karena etnis dan agama saya, padahal sehari-hari hingga saat ini saya bergaul dengan siapa saja dari etnis apa saja. Saya bersyukur saya luput dari peristiwa tersebut, jika tidak traumanya mungkin akan membuat saya memiliki kebencian yang sama. Beberapa tahun setelah peristiwa Mei itu, saya pun takut memasuki kawasan tertentu yang 100% pribumi muslim. Banyak Ulama-ulama Islam yg justru juga jadi pemicu penggalangan massa, seperti yang terjadi di daerah saya. Bahkan sebuah perusahaan peternakan babi habis dijarah dan dibakar, karena mereka mengambil kesempatan untuk menolak keberadaan peternakan babi tersebut. Cuma anehnya, babi-babi itu malah dijarah juga. Kasus pemuka agama yang rasis seperti ini masih bisa kita jumpai dalam kehidupan sehari, ambil contoh Rhoma Irama, Habib Rizieq Shihab, dll. Ini yang membuat saya sempat takut jika memasuki lingkungan tertentu itu.
HapusMemang banyak etnis lain juga jadi korban (biasa disebut pribumi, padahal saya juga pribumi etnis tionghoa), karena mereka ikut dalam penjarahan. Mereka adalah korban tambahan, bukan target.
Sejak kejadian Mei tersebut, yang diikuti krisis ekonomi yang berlarut karena pengusaha, pedagang dan petani Tionghoa kehilangan usaha mereka, sebenarnya sikap etnis lain terhadap etnis Tionghoa jadi berubah. Ada hikmah dalam setiap peristiwa, tapi hikmah itu terlalu mahal bayarannya.
Kedepan, saya berharap tidak ada lagi peristiwa serupa, untuk etnis dan agama apa pun (Kristen, Budha, Admahiyah, Syiah, Kejawen, Hindu, Parmalim, dll). Jadikan peristiwa ini pelajaran yg berharga untuk masa depan bangsa yg majemuk ini. Dan pemerintah bisa bertindak tegas terhadap tokoh dan ulama-ulama yg ikut memecah belah bangsa.
http://www.suarapembaruan.com/home/bahaya-pks-tolak-pancasila-sebagai-asas-tunggal/33802
https://id.berita.yahoo.com/foto/peringatan-kerusuhan-mei-1998-slideshow/kerusuhan-mei-1998-photo-1399865307000.html;_ylt=Age88GFYzdu9TzeYBbEK9U7qPGRH;_ylu=X3oDMTNrNzJmNHNmBHBrZwM3YjBjYTFiMC1kOTg1LTExZTMtYjVmYi00NGVhMzJkNjJkN2IEc2VjA01lZGlhQ2Fyb3VzZWxQaG90b0dhbGxlcnlDQVhIUgR2ZXIDN2IyMjRjOTItZDk4NS0xMWUzLWJmZmYtZWYzNjRiY2JiNmQ1;_ylg=X3oDMTBhOWtzcTRsBGxhbmcDaWQtSUQ-;_ylv=3
aku inget di komplek ada semacem mcd/cfc/kfc gtu yang habis dibakar orang parah deh takut bgt saat itu, masih kecil jg jd ga terlalu ngerti..
BalasHapuswaktu itu saya umur 9tahun, tinggal di tangerang, sedang sekolah di sekolahan SD dekat rumah, pada saat jam pelajaran saya dijemput paksa mama saya, sambil histeris ketakutan , bingung dan heran mungkin masih terlalu kecil untuk mengerti dgn apa yg terjadi saat itu ..
BalasHapussampai keluar rumah pun ga boleh .. beruntung kami sekeluarga punya tetangga pribumi yg sangat baik dan sudah kami anggap sebagai saudara sendiri, kami sekeluarga mengungsi ke rumah nya selama beberapa hari, ingat betul saya, mereka meminjamkan sajadah untuk sholat dan di bentangkan di atas pagar rumah kami, kebetulan rumah kami itu dekat dengan jalan besar , kami pun punya toko di tulis lah besar2 huruf PRIBUMI .. agar tidak di amuk massa , beruntung masyarkat di komplek kami tinggal menjaga sangat ketat sehinggan tidak terjadi yg tidak diinginkan ..
beda dengan saudara kami yg kehilangan semua harta nya 1 rumah karena di buka paksa rumah nya, cuma 1 pasang baju yg tersisa yg dipakai nya saja .. miris melihat nya.. sungguh tragis .. lagi lagi masih beruntung saya ucapkan, karena tidak ada kekerasan fisik..
APA SALAH KAMI???
pengalaman yg benar2 tidak akan pernah saya lupakan.. semoga indonesia selalu damai , jgn sampai ada kejadian itu kembali ..
semoga semua makhluk hidup berbahagia ...
Kedamaian di Indonesia harus dimulai dr semua politisinya, pejabat & karyawan pemerintahannya & pemuka agamanya. Kalau orang2 itu cuma selalu mengeluarkan pernyataan2 yg menghasut & mengadu domba, maka rakyat yg "look-up" ke mereka akan percaya & mengikuti omongan2 misleading tersebut. Orang2 Tionghoa yg sdh turun temurun tinggal di indo, cuma bisa berbahasa Indo, hanya mengakui Indo sebagai negaranya, bahkan mengganti & memberi anak2nya nama Indo, masih saja & selalu saja dijadikan kambing hitam, diperlakukan tidak senonoh, dibedakan, diperas, dikerjai, divictimized. Padahal orang2 Tionghoa pada umumnya tidak berpolitik cuma sibuk cari makan dengan berdagang, satu2nya sektor yg diperbolehkan utk mereka karena pembatasan ketat yg dilakukan oleh oknum2 orde baru. Jadi orang2 Tionghoa sangat berjasa dalam berpartisipasi membangun negara Indonesia baik secara fisik maupun ekonomi & menciptakan jutaan lapangan pekerjaan. Memang ada juga orang2 Tionghoa yg tidak sensitif & kurang ajar, tapi namanya juga manusia, bisa melakukan kesalahan. Seperti pohon apel, berbuah banyak apel, ada yg berkualitas jelek tapi banyak yg berkualitas bagus. Jadi jangan hanya karena bbrp buah apel yg jelek lantas pohon apelnya ditebang & mengorbankan apel2 baik yg jumlahnya jauh lebih banyak. Untuk perenungan aja, tidak ada faktor agama or rasis - itu ulama2 & ustad2 indo kenapa harus ganti/pakai nama arab? Mengapa harus memberikan nama anak2 anda dengan nama arab? Kan kalian semua lahir, tinggal & berwarga negara Indo? Kenapa tidak memakai nama Indo saja? Apa dgn mempunyai nama arab membuat anda atau anak2 anda bisa mempunyai status/gengsi lebih tinggi? Kalau begitu halnya, berarti anda memandang rendah bangsa anda sendiri & memuluk2an bangsa lain. Jangan cari alasan karena agama. Karena orang2 Kristen atau Budha di negara manapun tidak mengganti/memberi nama anaknya dengan nama2 asal agamanya tapi memberinya nama asal negaranya. Pada saat wanita2 Indonesia yg bekerja keras di arab, utk memberi kehidupan yg lebih layak pada keluarganya yg ditinggal di Indo, diperkosa, disiksa, dirajam batu sampai mati hanya karena dia diperkosa & mengandung anak haram majikan2 arabnya, wahai para ustad & ulama indonesia, apa yg kalian ceramahkan ke pendengar2 kalian & apa yg kalian lakukan menanggapi kasus2 penganiayaan wanita Indo oleh arab2 itu? Tidak ada, tidak menyinggung sama sekali karena kalian takut menyinggung arab2 itu & kehilangan status kalian, karena kalian lebih sayang status kalian dr pd wanita2 Indo sebangsamu yg jadi korban kejahatan & penganiayaan di negara arab, karena kalian takut kehilangan ke ustad an kalian tidak perduli apa yg terjadi dgn wanita2 pembawa devisa ke negara ini. Kalian menghalalkan segala macam haram kejahatan, penistaan & penganiayaan yg dilakukan oleh orang2 arab kepada kaum wanita bangsamu hanya karena pelaku2 kejahatan haram itu berasal dr negara dimana agama yg anda anut berasal. Itu adalah kebodohan fanatik. Kalau Nabi agama kalian masih hidup, maka BELIAU pasti akan sangat marah atas kebodohan kalian. Tidak bisa membedakan mana yg baik & mana yg buruk, mana yg benar & mana yg salah, mana yg halal & mana yg haram. Belajarlah dengan pikiran & batin yg terbuka, jangan meneruskan kecupetan kalian. Berceramahlah yg baik & benar, yg mendukung kedamaian bukan yg memanasi hati rakyat dgn ulasan2 & ceramah2 yg membelokan kebenaran & keadilan. Gunakan status kalian dgn bijaksana & baik untuk membimbing rakyat dengan benar & mengarahkan ke jalan yg benar. Semoga kedamaian & keadilan bisa tercapai di Indonesia.
BalasHapusbaru tau soal tragedi mei 98 tahun 2013an, kelahiran oktober 99 soalnya. maaf jadi gak tau situasi saat itu, tapi pas liat nih blog dan baca komen"nya, sumpah sedih ampe pengen nangis. tapi ya walau bagaimanapun yang namanya mei 98 kan aku belom diciptain, jadi ya cuma baca" dan denger" dari orang yang lebih dewasa...
BalasHapusSaya masih ingat. Saya ingat Pangdam Jaya saat itu Sjafrie Sjamsoeddin, teman dari SBY dan Prabowo ikut membiarkan kerusuhan berlangsung. Saya ingat banyak orang yang berusaha mengaburkan masalah pemerkosaan ini dan malah menonjolkan berita kematian penjarah yang ikut terbakar di gedung. Saya selalu bertanya-tanya apa beda pribumi dengan non pribumi. Apakah dengan jumlah yang lebih banyak, suatu suku, ras atau agama otomatis menjadi pribumi? Di dunia ini banyak orang seperti Inggar Susanto dan sejenisnya yang merasa dirinya paling suci dan paling nasionalis. Rasa dengki yang menyebabkan manusia-manusia picik seperti ini muncul. Semoga Tuhan memaafkan para pelaku kerusuhan itu, karena saya tidak sudi memaaafkan mereka, baik pelaku, provokator maupun komentator yang mendukung
BalasHapusSaya pribumi dan saya muslim, saya turut menyesalkan kejadian tsb trjdi, pd saat kerusuhan itu kami skeluarga langsung pindah ke jogja, saat itu saya msh umur 6 tahun, awalnya saya tdk suka dgn keputusan bpk saya yg membawa kami pindah dr jakarta tp akhirnya stlah dewasa saya mengerti. Kalau soal pribumi atau tionghoa saya tdk peduli, saya jg benci dgn pribumi yg suka berbuat hal2 negatif smntara saya liat bnyak yg bisa dicontoh dr org tionghoa terutama kerja kerasnya. Dan yg saya salut dr org tionghoa mreka tdk pernah membohongi diri sndiri, mreka jrg melakukan hal yg tdk berguna, saya suka itu tp bagaimanapun lebih baik kita hidup berdampingan dgn damai pribumi pun bnyak yg baik, semoga tragedi itu tdk trulang lg aamiin
BalasHapusTerima Kasih Elnino, saya harap kita bisa hidup rukun.
Hapussaya taon 98 masih SMA, saya ga ngerti separah apa kerusuhan itu, krn saya di bali...yg saya tau waktu itu saya sama temen temen cuma liat " banyak tamu cina tapi pinter2 bahasa indonesia...awalnya saya kira mereka tamu...tapi seiring waktu saya baru ngerti kalau mereka itu lari dari daerah yang rusuh.. dan mulai ngerti parahnya kerusuhan tersebut.. ya namanya hidup di kampung cuma ngertinya ombak sama papan surfing, tapi saya bersimpati sekalai terhadap semua korban dan keluarganya
BalasHapusTerima kasih atas simpati Bapak.
Hapus