Medcom.id: Hong Kong Disorot Dunia, Tiongkok Lebih Berhati-hati
Pemerintah pusat Tiongkok relatif menahan diri dalam merespons meningkatnya ketegangan di Hong Kong. Langkah ini berbeda dengan cara mereka merespons gerakan massa di Tiananmen 30 tahun silam.
Pengamat isu internasional Christine Susanna Tjhin menilai ada beberapa perbedaan situasi antara Hong Kong dan Tiananmen yang menjadi bahan pertimbangan pemerintah Tiongkok.
"Dalam hal motivasi politik, demonstrasi yang terjadi di Hong Kong, utamanya lebih ditargetkan kepada pemerintah setempat, dalam hal ini protes terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi yang diusulkan oleh administrasi Carrie Lam secara terburu-buru tanpa mengindahkan masukan-masukan dari berbagai pihak," tutur Christine kepada Medcom.id, Sabtu, 17 Agustus 2019.
Karena kemarahan demonstran Hong Kong lebih ditujukan kepada pemerintahan Carrie Lam, Presiden Tiongkok Xi Jinping cenderung lebih berhati-hati demi mengantisipasi dampak-dampak buruk yang mungkin terjadi.
"Karena secara tidak langsung keterlibatan (Tiongkok) tersebut juga menjadi semacam pengakuan bahwa ada yang bermasalah dengan Kebijakan Satu Negara Dua Sistem, apalagi eskalasi terjadi di periode Xi," terang Christine.
Satu Negara Dua Sistem adalah istilah pemerintah pusat yang menyatakan bahwa Hong Kong tetap bagian dari Tiongkok, meski sistem pemerintahannya berjalan sendiri.
Christine menambahkan, memang ada ketidakpuasan dan kekhawatiran demonstran Hong Kong terhadap Beijing. Bahkan, kata Christine, ada suara-suara yang menyerukan 'Kemerdekaan Hong Kong' dalam unjuk rasa, walau jumlahnya tidak signifikan.
Menurutnya, demonstrasi di Hong Kong terbatas di wilayah otonom tersebut. Inilah hal yang membedakan Hong Kong dengan Tiananmen. Saat peristiwa Tiananmen, demonstrasi terjadi di banyak tempat.
Selain itu, ujar Christine, dibanding dengan era 1980-an, aparat keamanan Hong Kong maupun Beijing saat ini memiliki kepasitas untuk menangani situasi demonstrasi tanpa harus berujung fatal.
"Setelah eskalasi di airport Hong Kong kemarin, sejumlah pendukung aksi protes juga mulai jengah dengan kekerasan dan kekacauan yang terjadi. Silent majority di Hong Kong sendiri di satu sisi masih simpatik terhadap gerakan, tapi di sisi lain juga khawatir atas dampak ekonomi di Hong Kong," terangnya.
Christine menuturkan Beijing menyadari betul besarnya perhatian internasional terhadap situasi di Hong Kong, sehingga segala bentuk tindakan harus diambil dengan perhitungan matang.
"Jika kejadian seperti Tiananmen terulang, maka citra Tiongkok yang dengan susah payah dibangun akan hancur dalam sekejap. Padahal Beijing sendiri sedang mendorong agar Belt and Road agar bisa menjadi platform kerja sama pembangunan lintas negara," pungkasnya.
(Sumber: https://www.medcom.id/internasional/asia/lKYBq93N-hong-kong-disorot-dunia-tiongkok-lebih-berhati-hati)
"Dalam hal motivasi politik, demonstrasi yang terjadi di Hong Kong, utamanya lebih ditargetkan kepada pemerintah setempat, dalam hal ini protes terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi yang diusulkan oleh administrasi Carrie Lam secara terburu-buru tanpa mengindahkan masukan-masukan dari berbagai pihak," tutur Christine kepada Medcom.id, Sabtu, 17 Agustus 2019.
Karena kemarahan demonstran Hong Kong lebih ditujukan kepada pemerintahan Carrie Lam, Presiden Tiongkok Xi Jinping cenderung lebih berhati-hati demi mengantisipasi dampak-dampak buruk yang mungkin terjadi.
"Karena secara tidak langsung keterlibatan (Tiongkok) tersebut juga menjadi semacam pengakuan bahwa ada yang bermasalah dengan Kebijakan Satu Negara Dua Sistem, apalagi eskalasi terjadi di periode Xi," terang Christine.
Satu Negara Dua Sistem adalah istilah pemerintah pusat yang menyatakan bahwa Hong Kong tetap bagian dari Tiongkok, meski sistem pemerintahannya berjalan sendiri.
Christine menambahkan, memang ada ketidakpuasan dan kekhawatiran demonstran Hong Kong terhadap Beijing. Bahkan, kata Christine, ada suara-suara yang menyerukan 'Kemerdekaan Hong Kong' dalam unjuk rasa, walau jumlahnya tidak signifikan.
Menurutnya, demonstrasi di Hong Kong terbatas di wilayah otonom tersebut. Inilah hal yang membedakan Hong Kong dengan Tiananmen. Saat peristiwa Tiananmen, demonstrasi terjadi di banyak tempat.
Selain itu, ujar Christine, dibanding dengan era 1980-an, aparat keamanan Hong Kong maupun Beijing saat ini memiliki kepasitas untuk menangani situasi demonstrasi tanpa harus berujung fatal.
"Setelah eskalasi di airport Hong Kong kemarin, sejumlah pendukung aksi protes juga mulai jengah dengan kekerasan dan kekacauan yang terjadi. Silent majority di Hong Kong sendiri di satu sisi masih simpatik terhadap gerakan, tapi di sisi lain juga khawatir atas dampak ekonomi di Hong Kong," terangnya.
Christine menuturkan Beijing menyadari betul besarnya perhatian internasional terhadap situasi di Hong Kong, sehingga segala bentuk tindakan harus diambil dengan perhitungan matang.
"Jika kejadian seperti Tiananmen terulang, maka citra Tiongkok yang dengan susah payah dibangun akan hancur dalam sekejap. Padahal Beijing sendiri sedang mendorong agar Belt and Road agar bisa menjadi platform kerja sama pembangunan lintas negara," pungkasnya.
(Sumber: https://www.medcom.id/internasional/asia/lKYBq93N-hong-kong-disorot-dunia-tiongkok-lebih-berhati-hati)
Komentar
Posting Komentar