KTT BRICS Momentum Penting Tuju Perdamaian
DENGAN berlangsungnya KTT BRICS tahun ini, Indonesia kembali diingatkan tentang pentingnya perdamaian, pembangunan, dan keamanan yang saling terkait dalam membangun dunia yang makmur dengan masa depan bersama.
Visi itu penting, khususnya bagi komunitas Global Selatan karena lebih banyak negara-negara semakin menyadari perlunya upaya kolaboratif untuk mengatasi tantangan bersama.
Demikian dikemukakan Direktur Komunikasi dan Riset Strategis Gentala Institute, Christine Susanna Tjhin. "Hakikat perdamaian, pembangunan, dan keamanan merupakan inti dari realita ini. Perdamaian adalah fondasi yang menopang pertumbuhan pembangunan. Tanpa perdamaian, semua upaya menuju pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial dapat menjadi sia-sia," ujarnya melalui keterangannya, Minggu (20/10).
Ia menekankan pembangunan, pada gilirannya, mendorong stabilitas dengan menciptakan peluang yang mengangkat masyarakat dan mengurangi kesenjangan. Keamanan, baik itu manusia, negara, dan alam memastikan bahwa pembangunan ini berkelanjutan dan adil.
Keterlibatan Tiongkok dalam tata kelola regional melalui mekanisme multilateral, seperti ASEAN, menawarkan pelajaran berharga dari pengalaman dan wawasan berharga tentang kolaborasi yang efektif.
Selama bertahun-tahun, kata Christine, Tiongkok telah mengakui ASEAN sebagai mitra penting dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara.
Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-Tiongkok dan RCEP merupakan contoh bagaimana integrasi ekonomi regional dapat mendorong hubungan yang lebih erat antara negara-negara kawasan dan menopang pertumbuhan global seperti yang terjadi di era pascapandemi.
Christine memaparkan komitmen Tiongkok terhadap ASEAN terbukti dalam pendekatan proaktifnya terhadap krisis regional. Selama krisis keuangan Asia tahun 1997-1998, Tiongkok menahan diri untuk tidak mendevaluasi mata uangnya, memberikan bantuan keuangan kepada negara-negara yang terkena dampak, dan terus berkoordinasi dengan negara-negara di kawasan tersebut.
Tindakan itu dinilai tidak hanya memperkokoh tingkat kepercayaan tetapi juga menunjukkan bagaimana tata kelola yang kooperatif dapat menghasilkan ketahanan kolektif.
"Revitalisasi BRICS dapat memberikan dukungan pelengkap bagi sejumlah mekanisme regional yang ada dan memberi ruang bagi negara-negara berkembang dan tertinggal untuk tumbuh. Di dunia yang saling terhubung saat ini, negara-negara tidak dapat bekerja sendiri. Tantangan yang kita hadapi, baik itu perubahan iklim, ketidakstabilan ekonomi, atau krisis kesehatan bersifat global," jelas Christine.
BRICS merupakan salah satu lembaga multilateral penting yang mewujudkan semangat kerja sama ini. BRICS dapat berkontribusi dalam upaya untuk mengadvokasi dunia multipolar di mana setiap negara memiliki suara dan kepentingan dalam tata kelola global.
Negara-negara di belahan bumi selatan menyaksikan pergeseran paradigma saat negara-negara memupuk solidaritas yang mendalam untuk mengadvokasi kepentingan mereka di panggung dunia. Solidaritas ini penting untuk mengatasi ketimpangan sistemik yang mengakar dalam struktur ekonomi global.
Tidak sedikit yang berharap bahwa BRICS juga dapat menjadi platform yang memungkinkan negara-negara dan lembaga regional yang ada untuk mencari solusi inovatif bersama yang mencerminkan konteks unik mereka, sambil berkontribusi pada stabilitas global.
"Saat kita melangkah maju, ungkapnya,sangat penting bagi kita untuk merangkul prinsip-prinsip perdamaian, pembangunan, dan keamanan sebagai landasan hubungan internasional kita," ujar Christine.
"Kita harus memperkuat platform multilateral seperti BRICS, ASEAN, dan lainnya, serta terlibat aktif dengan negara-negara di belahan bumi selatan untuk memastikan bahwa semua suara didengar," sambungnya.
Visi itu penting, khususnya bagi komunitas Global Selatan karena lebih banyak negara-negara semakin menyadari perlunya upaya kolaboratif untuk mengatasi tantangan bersama.
Demikian dikemukakan Direktur Komunikasi dan Riset Strategis Gentala Institute, Christine Susanna Tjhin. "Hakikat perdamaian, pembangunan, dan keamanan merupakan inti dari realita ini. Perdamaian adalah fondasi yang menopang pertumbuhan pembangunan. Tanpa perdamaian, semua upaya menuju pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial dapat menjadi sia-sia," ujarnya melalui keterangannya, Minggu (20/10).
Ia menekankan pembangunan, pada gilirannya, mendorong stabilitas dengan menciptakan peluang yang mengangkat masyarakat dan mengurangi kesenjangan. Keamanan, baik itu manusia, negara, dan alam memastikan bahwa pembangunan ini berkelanjutan dan adil.
Keterlibatan Tiongkok dalam tata kelola regional melalui mekanisme multilateral, seperti ASEAN, menawarkan pelajaran berharga dari pengalaman dan wawasan berharga tentang kolaborasi yang efektif.
Selama bertahun-tahun, kata Christine, Tiongkok telah mengakui ASEAN sebagai mitra penting dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara.
Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-Tiongkok dan RCEP merupakan contoh bagaimana integrasi ekonomi regional dapat mendorong hubungan yang lebih erat antara negara-negara kawasan dan menopang pertumbuhan global seperti yang terjadi di era pascapandemi.
Christine memaparkan komitmen Tiongkok terhadap ASEAN terbukti dalam pendekatan proaktifnya terhadap krisis regional. Selama krisis keuangan Asia tahun 1997-1998, Tiongkok menahan diri untuk tidak mendevaluasi mata uangnya, memberikan bantuan keuangan kepada negara-negara yang terkena dampak, dan terus berkoordinasi dengan negara-negara di kawasan tersebut.
Tindakan itu dinilai tidak hanya memperkokoh tingkat kepercayaan tetapi juga menunjukkan bagaimana tata kelola yang kooperatif dapat menghasilkan ketahanan kolektif.
"Revitalisasi BRICS dapat memberikan dukungan pelengkap bagi sejumlah mekanisme regional yang ada dan memberi ruang bagi negara-negara berkembang dan tertinggal untuk tumbuh. Di dunia yang saling terhubung saat ini, negara-negara tidak dapat bekerja sendiri. Tantangan yang kita hadapi, baik itu perubahan iklim, ketidakstabilan ekonomi, atau krisis kesehatan bersifat global," jelas Christine.
BRICS merupakan salah satu lembaga multilateral penting yang mewujudkan semangat kerja sama ini. BRICS dapat berkontribusi dalam upaya untuk mengadvokasi dunia multipolar di mana setiap negara memiliki suara dan kepentingan dalam tata kelola global.
Negara-negara di belahan bumi selatan menyaksikan pergeseran paradigma saat negara-negara memupuk solidaritas yang mendalam untuk mengadvokasi kepentingan mereka di panggung dunia. Solidaritas ini penting untuk mengatasi ketimpangan sistemik yang mengakar dalam struktur ekonomi global.
Tidak sedikit yang berharap bahwa BRICS juga dapat menjadi platform yang memungkinkan negara-negara dan lembaga regional yang ada untuk mencari solusi inovatif bersama yang mencerminkan konteks unik mereka, sambil berkontribusi pada stabilitas global.
"Saat kita melangkah maju, ungkapnya,sangat penting bagi kita untuk merangkul prinsip-prinsip perdamaian, pembangunan, dan keamanan sebagai landasan hubungan internasional kita," ujar Christine.
"Kita harus memperkuat platform multilateral seperti BRICS, ASEAN, dan lainnya, serta terlibat aktif dengan negara-negara di belahan bumi selatan untuk memastikan bahwa semua suara didengar," sambungnya.
Komentar
Posting Komentar