Postingan

OPINI: Menggadang Suara Tionghoa

Gambar
Koran Tempo,  27 JUNI 2014.  Antusiasme Warga Tionghoa di Semarang mengikuti pencoblosan di Pemilu 2019.   Setelah acara temu muka capres dengan sebuah asosiasi Tionghoa di Jakarta minggu lalu, sejumlah media mengisyaratkan gemuruh dukungan Tionghoa untuk Prabowo. Bau amis rasisme pun sempat merebak di media sosial. Tionghoa dituduh oportunis politik dan memanfaatkan uang untuk membeli pengaruh.  Faktanya, komunitas Tionghoa itu heterogen. Klasifikasi Totok dan Peranakan sudah lama tidak laik, apalagi dikotomi simplistik Tionghoa kaya pro-Prabowo atau Tionghoa miskin pro-Jokowi.  Tulisan ini tidak berpretensi meramal akan kemana suara Tionghoa dalam Pilpres nanti, karena bukan itu esensi partisipasi politik Tionghoa. Peningkatan partisipasi politik Tionghoa sejak reformasi patut dihargai. Di tataran hukum, peraturan diskriminatif warisan Orba hampir semua dipreteli. Di tataran sosial politik, perjuangan masih ruwet. Trauma Mei 98 masih merupakan momok terbesa...

VLOG: Kekuatan Kreatif Inovatif Jokowi

Gambar
Christine Susanna Tjhin - Kekuatan Kreatif Inovatif Jokowi dalam Gerakan "Ayo Majukan Indonesia".  Video lengkap:  https://www.youtube.com/watch?v=8OkaQl8NHPk#action=share Situs Gerakan Ayo Majukan Indonesia http://inspirasi.co/ayomajukanindonesia

Pilpres bukan Hak tapi Kewajiban

Gambar
Sharing tulisan Ezki Suyanto , jurnalis (komisioner Komisi Penyiaran Indonesia). Salah satu perempuan hebat yg menginspirasi saya. Begitu membaca, saya putuskan tulisan yang menyentuh ini mesti disebarluaskan, makanya saya copas di sini. Mohon bantu sebarluaskan juga. #MelawanLupa Pilpres Bukan Hak Tapi Kewajiban Sudah dua malam saya membuat coret2 apa yang ingin saya tuangkan menjadi sebuah note. Hiruk pikuk Pilpres membuat kita bertambah teman tapi juga kehilangan teman, buat saya tidak ada yang istimewa dengan fenomena ini. Dalam kehidupan sehari2 tanpa heboh2 Pilpres saya bisa mendapatkan atau kehilangan teman. Cuma,yang agak sedikit mengganggu cara beberapa orang yang memfitnah dan mengadu domba yang bicara atas nama demokrasi dan memanipulasi fakta. Saya ingin meluruskan fakta dan bila sesudah ini masih kehilangan teman,tak ada yang istimewa juga tapi fitnah dan adu domba harus diluruskan,itu menurut ajaran agama yang saya anut. Fakta,saya memutuskan memilih Jokowi setelah S...

Awaiting Justice: Victims of the May 1998 Tragedy (Tempo Magazine, April 29, 2014)

Gambar
#MelawanLupa. A touching piece by Dewi Anggraeni in Tempo Magazine. I'm looking forward to reading her book, "Tragedi Mei 98 dan Lahirnya Komnas Perempuan". This is for those who still thinks that the rape of Chinese Indonesian women in May 1998 are simply myths or political maneuvers. This is for those who callously and constantly try to make this tragic moment irrelevant from our history and wholeheartedly support that man with blood in his hands to be Indonesia's president. We must not allow that act of Forgetting. We must not forget. ===== Awaiting Justice: Victims of the May 1998 Tragedy Mothers, who lost children during May 1998 riot, take part in weekly 'Kamisan' silent protest  outside the Presidential Palace. Dewi Anggraeni* Column - Tempo Magazine Tuesday, April 29, 2014 Why write a book about something that happened 15 years ago?" friends asked when I began research about the May 1998 tragedy which gave birth to Indonesia's National Commis...

Pencatutan Nama Pakar dalam Kampanye Prabowo

Gambar
(Sebenarnya ini dari status Facebook wall saya tanggal 26 April 2014, tapi karena infonya penting, maka saya copas ke blog supaya bisa dibagi ke publik).  Artikel " Prabowo the Patriot: Indonesia presidential hopeful produces propaganda flop " ini saya dapat waktu ikutan "kepo" di laman Edward Aspinall pengamat Indonesia asal Australia yg cukup dikenal. Penulis (P. Tibke) bercerita ttg video propaganda Gerindra berjudul, "Prabowo, Sang Patriot" yg dirilis di YouTube 4 Maret lalu. Saya sudah tonton videonya (ga asik deh) dan sangat tergoda utk menyarankan teman2 sealiran dg saya (sealiran = sama2 menolak Prabowo menjadi siapa2, apalagi calon presiden) agar jangan menontonnya supaya angka popularitasnya tetap stagnan. Hehehe... Tapi ini demokrasi, monggo dilihat... Eniwe, artikel tersebut menggugat propaganda Gerindra dan melansir kegagalan propaganda ini karena per 23 April, penontonnya hanya 70,853 di YouTube. Tibke mengkritik cara orang2 dlm video ...

Saya "Pasukan Nasi Bungkus"

Gambar
Saya suka Nasi Bungkus Tapi, beuh, di Beijing susah bener cari Nasi Bungkus Yang beneran (nasi padang kalau bisa + Bir Bintang kalau ada), bukan yang pelintiran politikus Melihatnya tak berdaya dipelintir, maka sekarang saya mau bela Nasi Bungkus! (Catat: Bukan bela capres mana pun, tapi bela Nasi Bungkus!) Saya "Pasukan Nasi Bungkus" Maaf politikus partai manapun, saya tidak terima bayaran/bonus Akun saya tak pernah siluman, paling banter agak (dikit) jayus Asal tau, isi nasi bungkus saya pun maknyus *menahan air liur menetes, laptop korslet bisa stress* Ada lauk daun singkong rasa melawan lupa dan menentang impunitas Ada gulai ikan keberagaman dan aroma menolak pelanggar HAM yang pedas Ada acar pakis menangkis pembodohan publik dan krupuk garing pendamping yang pas Tak lupa nasi uduk putih anti korupsi yang aromanya mengepul ke atas *buru-buru sabet tisu, air liur sudah di ujung dagu* Halo, penulis "raisopopo" & "pasukan nas...

Isi Kantong Para Caleg Itu

Gambar
Opini Jakarta Post yang ditulis Endy M. Bayuni secara apik ini menjelaskan nalar di balik mengapa saat Pileg di Beijing saya memilih Masinton Pasaribu (PDI-P) yang saya tidak kenal tapi satu-satunya caleg dapil DKI 2 dalam daftar Caleg Bersih2014 ; dan mengapa saya juga mengatakan jika saya nyoblos di rumah (Dapil DKI III Jakbar Jakut Kep.Seribu), saya akan memilih Ulung Rusman (Nasdem) yang saya kenal, sepak terjangnya selama ini saya hormati dan juga masuk daftar Caleg Bersih2014.  Tak lama usai menulis " Saya Memilih... " saya mendapat pesan BB dari Ulung yang isinya "Masinton ada sahabat dan teman sepejuangan sejak 98. Udh bener tin." Makin lega rasanya saat itu. Sejujurnya, saya tidak fasih menerjemahkan kata hati saat itu menjadi kata aksara yang menuat kelugasan dan ketenangan. Ada yang mengejek saya tipe "flowery writer", menulis penuh bunga. Satu-satunya cara untuk mengalahkan oligarki dalam permainan mereka sendiri adalah membangun h...

Saya Memilih...

Gambar
Terkejut juga saya waktu menemukan banjir pesan japri di Facebook, WA, Wechat, BB, SMS maupun email dari sejumlah teman di luar negeri yang menanyakan siapa yang saya coblos di TPS Beijing kemarin. Perkenankan saya menjawab di sini karena, mohon maaf, agak sulit menjawab satu-per satu. Terus terang saya selama ini juga agak bingung karena minimnya sosialisasi Pemilu dari KPU dan tidak ada caleg yang hadir berdialog dengan kami di Tiongkok. Dulu waktu ramah tamah dg rombongan pejabat DPR-RI di Wisma KBRI Beijing, ada salah satu caleg perempuan Dapil DKI 2 (yg meliputi Jakarta Pusat, Selatan dan Luar Negeri) yg kebetulan jg hadir, tapi hanya membagikan kartu nama tanpa berdialog secara mendalam dengan masyarakat Indonesia di Beijing. Saya saja sudah lupa nama dan wajahnya. Setelah menimbang rekomendasi rekan-rekan di tanah air yg selama ini gigih mengawal demokrasi, saya merujuk pada Daftar Caleg #bersih2014 , di mana akhirnya di dalam TPS kemarin siang, saya bulatkan h...

KOMPAS: Menjemput Harapan di Victoria Park

Gambar
”Kali ini aku memilih tidak golput. Harapanku, siapa pun pemimpin yang terpilih bisa membawa perubahan. Tak ada lagi korupsi dan Indonesia makmur. Kalau Indonesia kaya dan banyak lapangan kerja, aku tidak mbabu terus,” kata Hanin saat dihubungi melalui percakapan daring dari Jakarta, Minggu (30/3/2014).  Untuk pertama kalinya, Hanin Rembong, buruh migran di Hongkong asal Kebumen, Jawa Tengah, Minggu, mengikuti pemilu Indonesia. Hanin mencoblos di Victoria Park, tempat yang selama ini jadi area pertemuan orang Indonesia di Hongkong. Selain Hongkong, pada 30 Maret lalu, juga ada lima wilayah di luar negeri yang menggelar pemilu lebih awal, yaitu Beijing, Shanghai, Santiago (Cile), Kopenhagen, dan Brasil.  Pada Pemilu 2009, Hanin memilih tak mencoblos karena surat pemberitahuan memilih tak sampai di alamatnya. ”Pemerintah Hongkong baik banget. Mereka membolehkan kami pemilu di sana,” kata Hanin yang pagi-pagi sekali sudah berangkat ke Victoria Park.  Hal serupa ...