MEDIA INDONESIA: Kerja Sama Pendidikan RI-Tiongkok Perkuat Pengembangan Industri 4.0

ANTUSIASME untuk meningkatkan kerja sama pendidikan antara Indonesia dan Tiongkok terlihat jelas dalam acara ramah tamah antara Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing Yudil Chatim dan Profesor Lai Hairong sebagai pimpinan Fujian Polytechnic Normal University (FPNU). 

Prof Lai mengatakan dirinya kerap menekankan pentingnya Indonesia dalam kebijakan luar negeri Tiongkok, terutama dalam interaksinya dengan Pemerintah Provinsi Fujian. Ia pun bertekad untuk mendorong perluasan kerja sama antarinstitusi pendidikan tinggi dan vokasional di Tiongkok dengan Indonesia. 

"Berbagai peluang kerja sama, baik dual degree program melalui Program 2+2 untuk S1, Program 1+1+1 atau 1+2 untuk D3, maupun program penambahan materi bahasa Mandarin bagi mahasiswa Indonesia yang akan melanjutkan studi di FPNU, serta program magang pada dunia usaha dan dunia industri baik di Fujian, maupun investor Tiongkok yang berinvestasi di Indonesia menjadi pembahasan serius di samping program reguler seperti riset dan seminar gabungan, serta pertukaran pelajar dan pengajar," ungkap Yudil Chatim dalam keterangan yang diterima, Jumat (9/6). 

Usai acara ramah tamah dengan pimpinan kampus, diskusi lebih mendalam dilanjutkan bersama dengan para pengajar, perwakilan kantor urusan kerja sama luar negeri dan para mahasiswa kampus FPNU. 

Wakil Rektor FPNU Profesor Jiang Xingshan menyambut hangat kedatangan delegasi Indonesia dan membahas prospek kerja sama mendalam dengan perguruan tinggi serta pendidikan vokasional di Indonesia. Dia kembali menekankan panjangnya sejarah kerja sama antara Fujian dan Indonesia. 

"Sebagai universitas yang relatif baru, FPNU sedang melalui proses pembangunan yang pesat dan program Indonesia merupakan salah satu program terpenting bagi FPNU," katanya. Menurut Prof Jiang, FPNU juga sedang mempersiapkan diri untuk pembukaan program studi Bahasa Indonesia bagi mahasiswa Tiongkok. Program tersebut akan dimulai pada tahun ajaran baru 2023, tepatnya pada September 2023 mendatang.  

Berbagai program sempat dibicarakan dengan sivitas akademika pada jurusan bahasa asing FPNU yang juga sudah mengembangkan program bahasa Inggris dan bahasa Jepang. Kerja sama antar universitas/perguruan tinggi, dunia usaha dan dunia industri, asosiasi kepala daerah di Indonesia yang bermitra dengan daerah-daerah di Tiongkok, serta pelibatan komunitas dan media akan menjadi pilar-pilar yang menguatkan program tersebut. 

Dalam pertemuan ini, Yang Jianhui, Direktur Sino-Indonesia Industrial Cooperation Research Center (SIICRC), menyampaikan bahwa pendirian SIICRC ini adalah sebagai bentuk dukungan atas kesepakatan bilateral terkait pengembangan program 'Dua Negara Taman Kembar' yang dicanangkan sejak 2021. 

Tiga program prioritas yang disepakati dalam inisiatif ini meliputi ekonomi digital, infrastruktur digital, dan tata kelola digital. Untuk itu, SIICRC telah merancang 18 program kajian yang akan mengembangkan program prioritas yang telah dicanangkan tersebut. Ia berharap agar kerja sama strategis dengan lembaga kajian di Indonesia bisa segera terjalin dan bersifat berkelanjutan. 

Direktur Komunikasi dan Kajian Strategis Gentala Institute Indonesia, Christine Susanna Tjhin, menyambut baik berdirinya SIICRC. Kerja sama industri bilateral di era digital ini membuka kesempatan baru bagi pertumbuhan ekonomi kedua negara dan stabilitas ekonomi kawasan. 

"Sebagai lembaga kajian yang bertautan dengan pendidikan keguruan FPNU, misi SIICRC sejalan dengan misi Gentala Institute dalam mengoptimalkan sumber daya manusia di Indonesia, sebagaimana dicanangkan dalam Agenda Nasional 'Making Indonesia 4.0' yang diresmikan Presiden Joko Widodo di acara pembukaan Indonesia Industrial Summit April 2018 lalu," kata Christine. 

Christine menambahkan, kesiapan revolusi baru industri Indonesia bergantung pada pengembangan infrastruktur dan tata kelola digital yang berpusat pada optimalisasi SDM. Tiongkok yang sempat menduduki peringkat teratas jumlah investasi di Indonesia pada kuartal IV 2022 memiliki potensi untuk turut ambil bagian. 

"Kajian-kajian yang lebih komprehensif dan mendalam sangat diperlukan untuk memastikan agar investasi lebih terarah dan mengunggulkan sumber daya manusia Indonesia dan Tiongkok," pungkasnya.

Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/588235/kerja-sama-pendidikan-ri-tiongkok-perkuat-pengembangan-industri-40

Komentar

Terpopuler 热搜

15 Tahun Menunda, Tapi Tidak Lupa (Mei 1998)

OPINION: 18 Years Ago Today: May 1998 and to Never Forget

OPINION: (Anti) Corruption in China’s Belt and Road Initiative